SAHABAT KECIL
( Sepenggal kisah sang
guru muda)
by Lailatul Qadar
by Lailatul Qadar
Baru saja berakhir,, hujan di sore ini….,,Menyisakan
keajaiban indah nya pesona pelangi..,,Jangan lah berganti…..
Itu
sepotong lagu dari ipang yang rasanya bagi kita semua yang sudah pernah dengar,
pasti sangat memorable.,,karena nuansa persahabatan yang ada didalamnya
sangatlah kental..
Namaku
Lailatul Qadar, aku adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah
swasta di kota Bengkulu.Kisah berawal di bulan oktober 2008, ketika itu aku
baru saja tiga buan lulus kuliah.di pertengahan Oktober, sebuah tawaran kerja
datang untukku. Dari sebuah sekolah menengah pertama swasta di kota Bengkulu.
Bukan sembarang sekolah, tapi sekolah islam terpadu. Salah seorang guru yang
bekerja disana, yang kebetulan adalah teman sekelasku ketika kuliah, harus
berangkat ke Amerika, sehubungan dengan
program beasiswa dua bulan yang beliau dapatkan. Dan tentu saja, sekolah
tersebut membutuhkan seorang substitute teacher, alias guru pengganti.
Awalnya
Aku sempat grogi mendapat tawaran dari beliau. Karena sekolah tersebut terkenal
dengan kualitas dan citra positif yang
kadung melekat di hati penduduk Bengkulu. Dalam hatiku bertanya, sanggup nggak
ya, ngajar disana. Sementara aku
bukanlah seorang dengan latar belakang pendidikan islami yang mumpuni,
malah bisa dikatakan bodoh dalam ilmu agama.
Namun
sebenarnya, dalam hati, Aku sangat tertarik dan ingin mencoba menjadi guru di
sekolah itu, karena kata orang sih, itu sekolah yang keren dan canggih kala
itu. akhirnya, berbekal nekat dan kemampuan serta pengalaman yang seadanya, ku
bulatkan tekad untuk berkata iya, saya
mau.
Pertengahan
ramadhan 2008, Akupun di ajak untuk bertemu pemimpin sekolah keren itu, untuk
interview dan contract taking. Namun
karena sudah sangat dekat dengan libur lebaran, akhirnya masa tugasku di tunda
hingga ba’da libur idul fitri.
8 Oktober 2008. Pekerjaan
Baru, Ya, Bekerja secara langsung
sebagai guru di sekolah. Sekolah swasta pula.Hari pertama, hari kedua,
hingga beberapa hari di minggu pertama Aku sempat grogi, kikuk dan tidak percaya diri.
Karena ternyata system islami disekolah ini sangatlah diterapkan dengan baik. Waduh, gimana caranya nih, kan aku agak
preman dikit..,begitu bathinku di hari hari pertama.
Yang
lebih membuatku ‘terkaget’ lagi adalah ternyata siswa-siswi disini mayoritas
aktif. Dan ketika pembelajaran suasana kekeluargaan yang kental dengan nuansa
santai ( dengan kondisi agak ribut) berlaku di kelas. Nuansa yang saat itu
tidak akan didapat di sekolah lain, menurut ku. Adalagi yang bikin hati sempat keder, guru-guru yang mengajar disini
ternyata punya panggilan yang agak asing di telingaku ketika itu, yaitu ustad
dan ustadzah..,sempat dengan halus Aku meminta siswa-siswa saya cukup panggil mister atau sir saja. Tapi tidak bertahan hingga hitungan hari, mereka tetap
panggil Ustad Lai. Jadilah, hingga kini namaku ada embel-embel baru didepan,
yaitu ustad , yang ternyata artinya tidak sesakral yang kubayangkan. Ustad
berarti Guru. (beberapa saat sebelum hingga saat itu aku berpikir bahwa ustad
adalah orang yang identik dengan ceramah dan segala macam embel –embel dan
atribut ke-masjid-an nya).
Kala
itu, Aku di daulat menjadi guru bahasa inggris bagi kelas 7 (level pertama).
Masih teringat ketika hari pertama masuk kelas, Aku langsung di hadapkan dengan
anak-anak yang aktif dan bahkan cenderung hiperaktif. Mengajar pertama kali
dikelas 7D, kelas paling ribut ditingkat 7..,, Aku juga masih ingat ketika itu,
salah seorang siswa bertanya:
“Ustad,
kan belajarnya santai, boleh gak sambil duduk dilantai?”
Saya
sebelumnya sudah di beritahu oleh beberap guru bahwa tolong ciptakan suasana
mengajar yang senyaman mungkin saat
dikelas.
Dengan
senyum dan suara yang lantang, Akupun menjawab “ oh, Boleh kok”..
Spontan,
empat orang siswa maju ke depan (kebetulan meja siswa di set letter U)dan
langsung ambil posisi tiarap, sambil bawa buku catatan, mereka memperhatikanku
menjelaskan (walau buku tulis yang dipegang lebih berfungsi sebagai kipas dari
pada alat belajar).
Lain
lagi dengan kelas perempuan, saat perkenalan mereka justru malah tertawa dengar
t nama LAILATUL QADAR sebagai namaku. Mungkin mereka jarang bertemu dengan
orang yang punya nama sama sebelumnya…lagi, wajahku bersemu merah kala itu.
Begitulah,
hari ke hari Aku mengajar sambil tetap belajar dan menyesuaikan diri dengan
semua perubahan yang ku temui..dan tak terasa juga persahabatan telah terjalin
antara Aku dan civitas akademik di sana, mulai dari guru, janitor, hingga
siswa-siswa kelas 7 yang kala itu masih imut-imut, polos, dan apa adanya dalam
bertingkah dan berkata. Singkat cerita, Akupun sudah merasa sebagai bagian dari
keluarga besar sekolah itu. Jujur, sempat ada rasa sedih ketika tahu masa tugasku
sebagai guru pengganti hampir selesai..,Aku sudah kadung trisno dengan semua nuansa kekeluargaan, persaudaraan, dan
khususnya nuansa islami yang tidak akan ku temui di luar sekolah itu.
13 desember 2008
Allah
mendengar doaku, kabar baik dating dan membuatku tersenyum kembali.Kontrak
mengajarku di perpanjang, ditambah dua bulan lagi. Tentu masih sebagai guru
pengganti a.k.a penambal kebolongan, salah satu ustadzah harus cuti karena akan
segera give birth of her first daughter. Bukan main senang dan
bersyukurnya ketika itu. Bersyukur karena ternyata masih mendapatkan kesempatan
untuk belajar dan mengajar di sekolah itu. Bersyukur karena masih mendapatkan
kesempatan bersama orang-orang shaleh yang selalu tersenyum dalam segala
kekeluargaan dan kesederhanaan yang ada.
Demikianlah
persahabatan itu pun berlanjut (setidaknya
untuk dua bulan kedepan, begitu pikir saya ketika itu)..,, hari demi hari
saya lalui dengan senyum, enjoy dan semangat, walau kadang ada juga bersit
emosi dan amarah yang muncul dalam kata dan laku saya ( maklum guru baru, bersemangat tapi belum stabil)..keakraban antara
aku dan mereka pun terjalin semakin erat. Aku ingat ketika suatu hari seorang
siswa terluka, Aku langsung di utus mengantarkan nya ke rumah sakit, dan
menemani proses penjahitan lukanya, hal yang selama ini belum pernah Kualami.
Ketika Aku ikut cemas saat salah seorang siswa terluka di bagian kepala dan aku
ikut menemani nya di rumah sakit., ketika ada guru atau siswa yang sakit..
semakin dalam pula kasih sayangku pada mereka semua. Hal yang selama ini jarang
kurasakan, bisa kudapatkan di sekolah ini.
Satu
kenangan yang saku takbisa lupa dan akan selalu ingat adalah panggilan KOMANDAN yang di sematkan salah seorang
sahabat kecilku (panggilanku untuk para muridku), yang kala itu masih dengan
lugunya menjulukiku KOMANDAN atau
lebih seing disingkat MANDAN, karena
potong rambut ku yang jadi plontos, katanya kayak Komandan..dan
hingga hari ini pun panggilan itu masih
saja dia pakai untukku. Sapaan khas yang di ikuti hormat ala militer (hormat
tangan) ditambah salam cium tangan yang sangat khas. Aku tidak marah, justru Ku
balas panggilannya dengan julukan JENDERAL
untuknya. Philosopinya adalah dia harus jauh lebih baik dariku. Seorang
Jenderal tentulah lebih hebat dari sekedar komandan. Sebuah doa untuk masa
depannya, walau selalu berbalut canda dan tawa.
Pun
ketika mereka tersenyum, bercanda, dan bahkan ngambek dan marah karena kecewa
padaku, tak jua surutkan semangatku untuk tetap ada disana. Menyaksikan mereka
tumbuh, dan turut menjadi bagian yang mengisi hari-hari mereka. Sungguh sesuatu
yang berharga, indah dan berkah.
Demikianlah kasih sayang dan keihlasan demi
keihlasan yang terbalut dengan semangatku
itu pun kembali dibalas Allah dengan memberi kesempatan-kesempatan yang
lainnya. Kontrak kerja ku selalu diperpanjang. Dan bahkan hingga akhir tahun
ajaran 2008/2009, aku tetap dipercaya membimbing para sahabat kecilku itu.
Jadilah, kebersamaan yang kami alami kontan menorehkan kenangan-kenangan manis
dan berkesan yang mungkin takkan cukup bila dituliskan dalam sebuah
buku.,teramat banyak kenangan kebersamaan itu, walau kadang tetap dibalut
dengan pertengkaran-pertengkaran kecil dan perselisihan yang ternyata disisi
lain justru semakin mendewasakan pola pikirku. Meski karakter ku (bahkan hingga
kini) masih sangat kekanak-kanakan dan berbeda dengan para ustad pada umumnya..
Menginjak
tahun ajaran baru, 2009/2010. Para sahabat kecilku ketika itu naik kelas, dan
kami harus terpisah dalam pembelajaran di kelas, karena mereka di bimbing oleh
salah seorang ustad yang juga lebih senior daripadaku.. dan aku tetap di kelas
7. Meski tidak ada tatap muka dikelas, namun interaksi itu tidak terputus
begitu saja. Persahabatan tetap berlanjut, aku semakin mengerti mereka,
merekapun sepertinya makin mengerti dan memahami karakter ku yang sedikit “aneh
dan nyeleneh”. Tapi bukankah persahabatan zahirnya memang untuk saling
memahami..?
Bulan
demi bulanpun berganti, tak terasa akhir tahun ajaran 2009/2010 selesai sudah,
dan para sahabat kecil itu, sudah bukan lagi kecil, mereka sudah remaja, yang
secara physic malah sudah ada yang jauh lebih tinggi, dan lebih gagah dari pada
saya..
Dan
sekali lagi , segala keputusan ALLAH tidak pernah terbantahkan. Di akhir tahun
ajaran 2009/2010, aku dihadapkan pada kondisi dimana dalam satu tahun kedepan, aku
akan sendirian, karena ketiga rekan guru bahasa inggrisku meninggalkan sekolah.
Ada yang hanya setahun, ada pula yang
secara permanen. tingallah aku, dan salah seorang guru yang kala itu masih
stay, mencari guru baru sebagai substitute teacher. Akhirnya dua guru baru, di
daulat menjadi English teachers di sekolah itu. Dan yang lebih mengejutkan, aku
didaulat mengajar di kelas 9. Sebuah tanggungjawab dan beban kerja yang tidak
ringan disekolah itu, menuntut integritas dan kesigapan tingkat tinggi. Saat itu
rasanya saya belum siap, karena selama dua tahun belakang, aku slalu dikelas 7.
Jadi sangatlah blank rasanya pengalaman berhadapan dengan tanggung jawab
kelulusan 100 %, aktivitas yang sangat padat. Dan jam kerja yang mau tidak mau
harus sering bertambah, sering pulang sore hingga malam, sering rapat demi
perencanaan terbaik untuk kesuksesan siswa kelas 9.
Namun
ada sedikit yang membuat lega, karena yang akan kuhadapi, bina dan bimbing di
tahun ini adalah para sahabat kecil yang di tahun pertama mereka di Sekolah itu
bersama ku. Dengan kata lain,kembali bertemu dan reunion dengan mereka, sahabat
kecil yang sudah tidak lagi kecil.
Berat
memang, namun berbekal tekad, keihklasan dan tentu saja, kerja keras, akhirnya Aku
bulatkan tekadku, AKU HARUS BISA, sebagaimana yang terdahulu juga bisa. Allah
tidak akan tinggal diam, karena selama ini dia tidak pernah tinggal diam
terhadapku. Aku yakin semua pertolongan itu akan selalu ada untukku, dan para
sahabat kecil, asalkan kami selalu bekerja keras, peduli, dan ikhlas dalam
segalanya, maka ALLAH juga akan ikhlas akan keberhasilan kami, begitulah doa
dan harapan di setiap hela nafas yang ku hembuskan setiap hari. Yang Aku
wujudkan (bersama rekan dan sahabat kecil) dalam upaya dan kerja keras tanpa
lelah nantinya.
Dan
hingga hari ini, tak terasa sudah dua bulanan jalinan kebersamaan di tahun
ajaran 2010/2011 itu ada. Dan sudah dua kali evaluasi try out pula mereka lewati. Walau masih
banyak juga yang hasilnya rendah dan cukup membuat mereka kecewa, namun aku selalu
berusaha meyakinkan mereka untuk tidak putus asa, selalu ikhlas, kerja keras
dan bermunajat pada ALLAH demi keberhasilan mereka, yang juga berarti
keberhasilan bagiku, bagi rekan guru yang lain, bagi sekolahku, juga bagi
Agamaku…
Ah..,
sahabat kecilku, rasanya lima halaman ini tidaklah cukup untuk menceritakan
segala kisah yang pernah kita alami,canda, tawa, marah, emosi, semua telah kita
lewati bersama..
Bersamamu,…..
kuhabiskan waktu,,….Senang bisa mengenal dirimu,,,,,Rasanya semua begitu
sempurna, sayang untuk mengakhirinya…….,,,,
***** di dedikasikan
khusus bagi semua siswa dan guru kelas 9 SMPIT IQRA’ TA 2010/2011,,, namun
tulisan ini semata untuk dapat kita petik hikmah nya.SEMOGA********
ini note FB yang saya post hampir setahun yang lalu...
curcol nih ceritanya mas bro?? :p, anyway, enak ngebacanya, ceritanya dibikin sepenuh hati kayanya. :D
ReplyDelete