Pages

Friday, September 9, 2011

SAHABAT KECIL ( Sepenggal kisah sang guru muda)


SAHABAT KECIL
( Sepenggal kisah sang guru muda)
by Lailatul Qadar



Baru saja berakhir,, hujan di sore ini….,,Menyisakan keajaiban indah nya pesona pelangi..,,Jangan lah berganti…..
Itu sepotong lagu dari ipang yang rasanya bagi kita semua yang sudah pernah dengar, pasti sangat memorable.,,karena nuansa persahabatan yang ada didalamnya sangatlah kental..
Namaku Lailatul Qadar, aku adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta di kota Bengkulu.Kisah berawal di bulan oktober 2008, ketika itu aku baru saja tiga buan lulus kuliah.di pertengahan Oktober, sebuah tawaran kerja datang untukku. Dari sebuah sekolah menengah pertama swasta di kota Bengkulu. Bukan sembarang sekolah, tapi sekolah islam terpadu. Salah seorang guru yang bekerja disana, yang kebetulan adalah teman sekelasku ketika kuliah, harus berangkat  ke Amerika, sehubungan dengan program beasiswa dua bulan yang beliau dapatkan. Dan tentu saja, sekolah tersebut membutuhkan seorang substitute teacher, alias guru pengganti.
Awalnya Aku sempat grogi mendapat tawaran dari beliau. Karena sekolah tersebut terkenal dengan kualitas dan citra positif  yang kadung melekat di hati penduduk Bengkulu. Dalam hatiku bertanya, sanggup nggak ya, ngajar disana. Sementara aku  bukanlah seorang dengan latar belakang pendidikan islami yang mumpuni, malah bisa dikatakan bodoh dalam ilmu agama.
Namun sebenarnya, dalam hati, Aku sangat tertarik dan ingin mencoba menjadi guru di sekolah itu, karena kata orang sih, itu sekolah yang keren dan canggih kala itu. akhirnya, berbekal nekat dan kemampuan serta pengalaman yang seadanya, ku bulatkan tekad untuk berkata iya, saya mau.
Pertengahan ramadhan 2008, Akupun di ajak untuk bertemu pemimpin sekolah keren itu, untuk interview dan contract taking. Namun karena sudah sangat dekat dengan libur lebaran, akhirnya masa tugasku di tunda hingga ba’da libur idul fitri.
8 Oktober 2008. Pekerjaan Baru, Ya, Bekerja secara langsung  sebagai guru di sekolah. Sekolah swasta pula.Hari pertama, hari kedua, hingga beberapa hari di minggu pertama Aku  sempat grogi, kikuk dan tidak percaya diri. Karena ternyata system islami disekolah ini sangatlah diterapkan dengan baik. Waduh, gimana caranya nih, kan aku agak preman dikit..,begitu bathinku di hari hari pertama.
Yang lebih membuatku ‘terkaget’ lagi adalah ternyata siswa-siswi disini mayoritas aktif. Dan ketika pembelajaran suasana kekeluargaan yang kental dengan nuansa santai ( dengan kondisi agak ribut) berlaku di kelas. Nuansa yang saat itu tidak akan didapat di sekolah lain, menurut ku. Adalagi yang bikin hati sempat keder, guru-guru yang mengajar disini ternyata punya panggilan yang agak asing di telingaku ketika itu, yaitu ustad dan ustadzah..,sempat dengan halus Aku meminta siswa-siswa saya cukup panggil mister atau sir saja. Tapi tidak bertahan hingga hitungan hari, mereka tetap panggil Ustad Lai. Jadilah, hingga kini namaku ada embel-embel baru didepan, yaitu ustad , yang ternyata artinya tidak sesakral yang kubayangkan. Ustad berarti Guru. (beberapa saat sebelum hingga saat itu aku berpikir bahwa ustad adalah orang yang identik dengan ceramah dan segala macam embel –embel dan atribut ke-masjid-an nya).
Kala itu, Aku di daulat menjadi guru bahasa inggris bagi kelas 7 (level pertama). Masih teringat ketika hari pertama masuk kelas, Aku langsung di hadapkan dengan anak-anak yang aktif dan bahkan cenderung hiperaktif. Mengajar pertama kali dikelas 7D, kelas paling ribut ditingkat 7..,, Aku juga masih ingat ketika itu, salah seorang siswa bertanya:
“Ustad, kan belajarnya santai, boleh gak sambil duduk dilantai?”
Saya sebelumnya sudah di beritahu oleh beberap guru bahwa tolong ciptakan suasana mengajar yang senyaman mungkin saat  dikelas.
Dengan senyum dan suara yang lantang, Akupun menjawab “ oh, Boleh kok”..
Spontan, empat orang siswa maju ke depan (kebetulan meja siswa di set letter U)dan langsung ambil posisi tiarap, sambil bawa buku catatan, mereka memperhatikanku menjelaskan (walau buku tulis yang dipegang lebih berfungsi sebagai kipas dari pada alat belajar).
Lain lagi dengan kelas perempuan, saat perkenalan mereka justru malah tertawa dengar t nama LAILATUL QADAR sebagai namaku. Mungkin mereka jarang bertemu dengan orang yang punya nama sama sebelumnya…lagi, wajahku bersemu merah kala itu.
Begitulah, hari ke hari Aku mengajar sambil tetap belajar dan menyesuaikan diri dengan semua perubahan yang ku temui..dan tak terasa juga persahabatan telah terjalin antara Aku dan civitas akademik di sana, mulai dari guru, janitor, hingga siswa-siswa kelas 7 yang kala itu masih imut-imut, polos, dan apa adanya dalam bertingkah dan berkata. Singkat cerita, Akupun sudah merasa sebagai bagian dari keluarga besar sekolah itu. Jujur, sempat ada rasa sedih ketika tahu masa tugasku sebagai guru pengganti hampir selesai..,Aku sudah kadung trisno dengan semua nuansa kekeluargaan, persaudaraan, dan khususnya nuansa islami yang tidak akan ku temui di luar sekolah itu.
13 desember 2008
Allah mendengar doaku, kabar baik dating dan membuatku tersenyum kembali.Kontrak mengajarku di perpanjang, ditambah dua bulan lagi. Tentu masih sebagai guru pengganti a.k.a penambal kebolongan, salah satu ustadzah harus cuti karena akan segera give birth of her  first daughter. Bukan main senang dan bersyukurnya ketika itu. Bersyukur karena ternyata masih mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengajar di sekolah itu. Bersyukur karena masih mendapatkan kesempatan bersama orang-orang shaleh yang selalu tersenyum dalam segala kekeluargaan dan kesederhanaan yang ada.
Demikianlah persahabatan itu pun berlanjut (setidaknya untuk dua bulan kedepan, begitu pikir saya ketika itu)..,, hari demi hari saya lalui dengan senyum, enjoy dan semangat, walau kadang ada juga bersit emosi dan amarah yang muncul dalam kata dan laku saya ( maklum guru baru, bersemangat tapi belum stabil)..keakraban antara aku dan mereka pun terjalin semakin erat. Aku ingat ketika suatu hari seorang siswa terluka, Aku langsung di utus mengantarkan nya ke rumah sakit, dan menemani proses penjahitan lukanya, hal yang selama ini belum pernah Kualami. Ketika Aku ikut cemas saat salah seorang siswa terluka di bagian kepala dan aku ikut menemani nya di rumah sakit., ketika ada guru atau siswa yang sakit.. semakin dalam pula kasih sayangku pada mereka semua. Hal yang selama ini jarang kurasakan, bisa kudapatkan di sekolah ini.
Satu kenangan yang saku takbisa lupa dan akan selalu ingat adalah panggilan KOMANDAN yang di sematkan salah seorang sahabat kecilku (panggilanku untuk para muridku), yang kala itu masih dengan lugunya menjulukiku KOMANDAN atau lebih seing disingkat MANDAN, karena  potong rambut ku yang  jadi plontos, katanya kayak Komandan..dan hingga hari ini  pun panggilan itu masih saja dia pakai untukku. Sapaan khas yang di ikuti hormat ala militer (hormat tangan) ditambah salam cium tangan yang sangat khas. Aku tidak marah, justru Ku balas panggilannya dengan julukan JENDERAL untuknya. Philosopinya adalah dia harus jauh lebih baik dariku. Seorang Jenderal tentulah lebih hebat dari sekedar komandan. Sebuah doa untuk masa depannya, walau selalu berbalut canda dan tawa.
Pun ketika mereka tersenyum, bercanda, dan bahkan ngambek dan marah karena kecewa padaku, tak jua surutkan semangatku untuk tetap ada disana. Menyaksikan mereka tumbuh, dan turut menjadi bagian yang mengisi hari-hari mereka. Sungguh sesuatu yang berharga, indah dan berkah.
 Demikianlah kasih sayang dan keihlasan demi keihlasan yang terbalut dengan semangatku  itu pun kembali dibalas Allah dengan memberi kesempatan-kesempatan yang lainnya. Kontrak kerja ku selalu diperpanjang. Dan bahkan hingga akhir tahun ajaran 2008/2009, aku tetap dipercaya membimbing para sahabat kecilku itu. Jadilah, kebersamaan yang kami alami kontan menorehkan kenangan-kenangan manis dan berkesan yang mungkin takkan cukup bila dituliskan dalam sebuah buku.,teramat banyak kenangan kebersamaan itu, walau kadang tetap dibalut dengan pertengkaran-pertengkaran kecil dan perselisihan yang ternyata disisi lain justru semakin mendewasakan pola pikirku. Meski karakter ku (bahkan hingga kini) masih sangat kekanak-kanakan dan berbeda dengan para ustad pada umumnya..
Menginjak tahun ajaran baru, 2009/2010. Para sahabat kecilku ketika itu naik kelas, dan kami harus terpisah dalam pembelajaran di kelas, karena mereka di bimbing oleh salah seorang ustad yang juga lebih senior daripadaku.. dan aku tetap di kelas 7. Meski tidak ada tatap muka dikelas, namun interaksi itu tidak terputus begitu saja. Persahabatan tetap berlanjut, aku semakin mengerti mereka, merekapun sepertinya makin mengerti dan memahami karakter ku yang sedikit “aneh dan nyeleneh”. Tapi bukankah persahabatan zahirnya memang untuk saling memahami..?
Bulan demi bulanpun berganti, tak terasa akhir tahun ajaran 2009/2010 selesai sudah, dan para sahabat kecil itu, sudah bukan lagi kecil, mereka sudah remaja, yang secara physic malah sudah ada yang jauh lebih tinggi, dan lebih gagah dari pada saya..
Dan sekali lagi , segala keputusan ALLAH tidak pernah terbantahkan. Di akhir tahun ajaran 2009/2010, aku dihadapkan pada kondisi dimana dalam satu tahun kedepan, aku akan sendirian, karena ketiga rekan guru bahasa inggrisku meninggalkan sekolah. Ada  yang hanya setahun, ada pula yang secara permanen. tingallah aku, dan salah seorang guru yang kala itu masih stay, mencari guru baru sebagai substitute teacher. Akhirnya dua guru baru, di daulat menjadi English teachers di sekolah itu. Dan yang lebih mengejutkan, aku didaulat mengajar di kelas 9. Sebuah tanggungjawab dan beban kerja yang tidak ringan disekolah itu, menuntut integritas dan kesigapan tingkat tinggi. Saat itu rasanya saya belum siap, karena selama dua tahun belakang, aku slalu dikelas 7. Jadi sangatlah blank rasanya pengalaman berhadapan dengan tanggung jawab kelulusan 100 %, aktivitas yang sangat padat. Dan jam kerja yang mau tidak mau harus sering bertambah, sering pulang sore hingga malam, sering rapat demi perencanaan terbaik untuk kesuksesan siswa kelas 9.
Namun ada sedikit yang membuat lega, karena yang akan kuhadapi, bina dan bimbing di tahun ini adalah para sahabat kecil yang di tahun pertama mereka di Sekolah itu bersama ku. Dengan kata lain,kembali bertemu dan reunion dengan mereka, sahabat kecil yang sudah tidak lagi kecil.
Berat memang, namun berbekal tekad, keihklasan dan tentu saja, kerja keras, akhirnya Aku bulatkan tekadku, AKU HARUS BISA, sebagaimana yang terdahulu juga bisa. Allah tidak akan tinggal diam, karena selama ini dia tidak pernah tinggal diam terhadapku. Aku yakin semua pertolongan itu akan selalu ada untukku, dan para sahabat kecil, asalkan kami selalu bekerja keras, peduli, dan ikhlas dalam segalanya, maka ALLAH juga akan ikhlas akan keberhasilan kami, begitulah doa dan harapan di setiap hela nafas yang ku hembuskan setiap hari. Yang Aku wujudkan (bersama rekan dan sahabat kecil) dalam upaya dan kerja keras tanpa lelah nantinya.
Dan hingga hari ini, tak terasa sudah dua bulanan jalinan kebersamaan di tahun ajaran 2010/2011 itu ada. Dan sudah dua kali evaluasi  try out pula mereka lewati. Walau masih banyak juga yang hasilnya rendah dan cukup membuat mereka kecewa, namun aku selalu berusaha meyakinkan mereka untuk tidak putus asa, selalu ikhlas, kerja keras dan bermunajat pada ALLAH demi keberhasilan mereka, yang juga berarti keberhasilan bagiku, bagi rekan guru yang lain, bagi sekolahku, juga bagi Agamaku…
Ah.., sahabat kecilku, rasanya lima halaman ini tidaklah cukup untuk menceritakan segala kisah yang pernah kita alami,canda, tawa, marah, emosi, semua telah kita lewati bersama..
Bersamamu,….. kuhabiskan waktu,,….Senang bisa mengenal dirimu,,,,,Rasanya semua begitu sempurna, sayang untuk mengakhirinya…….,,,,   


                         ***** di dedikasikan khusus bagi semua siswa dan guru kelas 9 SMPIT IQRA’ TA 2010/2011,,, namun tulisan ini semata untuk dapat kita petik hikmah nya.SEMOGA********


 ini note FB yang saya post hampir setahun yang lalu...

1 comment:

  1. curcol nih ceritanya mas bro?? :p, anyway, enak ngebacanya, ceritanya dibikin sepenuh hati kayanya. :D

    ReplyDelete