Pages

Friday, August 31, 2012

Sajadah dan Kening (puisi bebas karya Lailatul Qadar)

Sajadah dan Kening
Karya : Lailatl Qadar

Sajadah:

"5 Waktu sehari semalam..
kening itu menyentuhku..
sampai panas rasa mukaku,..
sholat
itu kata yang punya kening...

tapi rasaku,..
sekali lagi ini hanya rasaku,..
itu hanya sujud kosong..
hampa,,tanpa makna...
meski lima waktu selalu menciumku,..
namun sepertinya kening itu tak benar-benar mencintaiku..
kenapa?
karena kata angin, kata lirik mata yang punya kening juga, kata ujung hidungnya,
bahkan kata hembus nafasnya yang ,menghantamku...
"dia hanya sholat badannya,, hatinya tidak disini,..melanglang buana, memikirkan dunia,...
memikirkan cara usaha, penuhi perut besarnya,..tunaikan niat jahatnya,..
korupsi waktu,cara,harta,dan bahkan korupsi cinta"

Entahlah"


Kening:
"Rasanya Panas, berulangkali menghantam kain berbulu ini..
meski pelan, tapi tetap perih,..
perih karena hanya kulitku saja yang menyentuh kain itu,,
tidak hati si punya aku,..
tidak...
angannya melanglang,..
jiwanya seperti tidak disini,..
tapi ditumpukan uang disana,..
dideret angka pada kalkulator dan monitor
pada gunungan rencana memiliki dunia..
tidak,, dia tidak sungguh-sungguh,, hati itu tidak sungguh-sungguh..,
atau bilang saja, menurut bahasa si punya hati,..
dia tidak Khusyuk.."







Thursday, August 30, 2012

Mata Hati (Puisi Karya Lailatul Qadar)

Mata Hati

by Lail Qadr Bardin on Sunday, 12 June 2011 at 13:57 ·
Mata Hati

Wajah kita boleh saja berkata tidak..
Mulut kita boleh saja berdesis Enggan..
Tapi mata hati..
Bisa melihat mana yang baik, mana yang layak..
Mana yang jahat, mana yang tidak..
Mana yang jujur, mana yang munafik saja
Mana murni, mana bernila..
Ya,..
Mata hati..
Suara jiwa..
Bisik nurani..
Tempat terbaik setelah tuhan, untuk bertanya..
Meminta pendapat ketika  bingung arah..
Penunjuk langkah terhindar cela..

Kanan, kiri,..depan,..
Maju, mundunr, lompat..
Dia tahu apa jawabnya..
Mata Hati Jiwa..
Nurani qalbu kita..


(12 Juni, 2011, 13.37), Dalam kamar kecil penuh inspirasi..

PAsir_Pasir Keikhlasan Sajak Karya Lailatul Qadar

PAsir_Pasir Keikhlasan

by Lail Qadr Bardin on Tuesday, 14 June 2011 at 21:04 ·
Pasir-Pasir Keikhlasan

Tuhan...
kataMu jika kutumpuk pasir itu..
satu butir saja akan kau nilai sejuta tumpukan lain..
tapi sulit sekali tuhan..
setengah tumpuk berhasil kutegakkan..
rontok...
hujan kecewa mrobohkan sendi tumpukan itu..

Tuhan,..
Selalu kucoba Tumpuk lagi..
Sedikit..
Demi sebutir..
Tak mudah menggunungkannya..
Sulit membuatnya jadi bukit..

Karena itu...
Mohonku,..kau hitung saja butir yang berserakan itu..
Karena untuk jadi bukit pasir keikhlasan..
Kau tahu,, Aku mengaku...
Sulit..sakit... berat..

Tuhan,,butir keikhlasanku menyebar..
Terpencar..
Tak mampu kutumpuk..

Maafkan aku tuhan,,..
Itulah aku..
Lemah,.. dinamis,..atau bilang saja Labil..

Namun selalu berusaha kupungut setiap butir Pasir keikhlasan itu..
Kukantongi saja..
Agar tak luruh terhanyut hujan kecewa...

(My 101st Note)...,, 14 Juni 2011
21.04 WIB

Syukur (Sajak Karya Lailatul Qadar)

 
Thursday, 18 August 2011
 
 
 
 
Saat letih melilit pori..saat perih membelenggu mata yang tetap jaga..
sujud..
syukur..
Alhamdulillah..selagi masih bertenaga

selagi masih berkuasa..

selagi masih berharta..

bersyukurlah hamba
tebar sejuta kebaikan hikmah..

tak harap balas
tak pamrih rasa...

syukur maujud ikhlas rupa..

Alhamdulillah.

Dalam Diam Aku Menggugat Tuhan (puisi karya Lailatul Qadar)

Dalam Diam Aku Menggugat Tuhan.


dalam diam..
aku menggugat tuhan..
bila memang tak ada untukku,
janganlah kau buat seakan ada untukku ya tuhan...


aku sudah lelah..
meminta dan mengharap padaMu..
namun sesulit itukah kau memberi apa yang kudamba...
sehina itukah aku hingga tak pantas..?
ini tangis dalam diam..
ini teriak dalam hening....
aku menggugatmu tuhan...

Bukan karena aku membenciMu,..
namun semata keterbatasanku saja..
Aku,..makhluk lemah tak kebal lelah..
tak lepas kesah 
dalam diam aku keluh..
ini do'a di penghujung lelah....
sekali ini saja tuhan,
berikan aku jika memang ada..

dalam diam,..
aku menggugat,..
aku meminta padamu
Tuhan.

Sunday, August 19, 2012

True Love _ Karya Lailatul Qadar

True Love
(Karya Lailatul Qadar)

Sudah beberapa bulan sejak itu,
Sejak senja kala terakhir
Ketika senyum itu terkembang
Terakhir kalinya..

Seringkali,
Disela malamku dan diredup cahaya hatiku,..
Aku duduk paku dalam renung
Hening senyap, merindu sungguh...

Kesendirian ini begitu pahit..
Sejak purnanya nafas terakhirmu.
Meski kau hadir dalam tiap hela nafasku
Walau bayangmu selalu senantiasa warnai relung bathinku..
Walau kau selalu ada dengan cintamu...

Aku,.
Lelaki paruh baya merindu...
Pada hangat bakti tulus cintamu...
Pada hangat kopi seduhanmu
Setiap pagi, setiap sore nan syahdu,
Dulu.

Ah,, biar ku hela nafas panjang
Menyabarkan hati yang gamang
Biar ku ucap doa tulus
Berharap perjalananmu mulus...
Sayang...
Semoga kau tenang disana
Biar aku saja yang merana hirup angin lara
Semoga nanti,..kita bersama, seperti dulu kita ikrar dalam ucap..
Berkumpul dalam istana Jannah...
Semoga, di kehidupan selanjutnya.

19 Agustus 2012
(inspired by a true story of a true love)

Thursday, August 16, 2012

Puisi Kerendahan Hati - Taufik Ismail (Puisi Favorit saya)

Puisi Kerendahan Hati - Taufik Ismail




Kalau engkau tak mampu menjadi beringin.. 
yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar!!
Tetapi belukar yang baik yang tumbuh di tepi danau.

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar..

Jadilah saja rumput!!
Tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya..

Jadilah saja jalan kecil!!
Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten!!

Bukan besar kecilnya tugas 
Yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Tentu harus ada awak kapalnya!!

jadilah saja dirimu..
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


Kehidupan ini ibarat bangunan 
yang terdiri dari batu bata, semen, pondasi, rangka besi, atap, paku dan lain sebagainya.

Semua itu diperlukan, untuk menjadikan bangunan kokoh
Maka dari itu..
Peran antara paku dan batu bata serta bahan lainnya adalah SAMA...

Jika peran kita menjadi paku..
Jadilah paku yang baik
Agar {kehidupan mu} bangunannya tidak mudah runtuh..
-Taufik Ismail-

Puisi Kerendahan Hati - Taufik Ismail (Puisi Favorit saya)

Puisi Kerendahan Hati - Taufik Ismail




Kalau engkau tak mampu menjadi beringin.. 
yang tegak di puncak bukit

Jadilah belukar!!
Tetapi belukar yang baik yang tumbuh di tepi danau.

Kalau kamu tak sanggup menjadi belukar..

Jadilah saja rumput!!
Tetapi rumput yang memperkuat tanggul pinggiran jalan.

Kalau engkau tak mampu menjadi jalan raya..

Jadilah saja jalan kecil!!
Tetapi jalan setapak yang membawa orang ke mata air

Tidaklah semua menjadi kapten!!

Bukan besar kecilnya tugas 
Yang menjadikan tinggi rendahnya nilai dirimu

Tentu harus ada awak kapalnya!!

jadilah saja dirimu..
Sebaik-baiknya dari dirimu sendiri


Kehidupan ini ibarat bangunan 
yang terdiri dari batu bata, semen, pondasi, rangka besi, atap, paku dan lain sebagainya.

Semua itu diperlukan, untuk menjadikan bangunan kokoh
Maka dari itu..
Peran antara paku dan batu bata serta bahan lainnya adalah SAMA...

Jika peran kita menjadi paku..
Jadilah paku yang baik
Agar {kehidupan mu} bangunannya tidak mudah runtuh..
-Taufik Ismail-

Wednesday, August 15, 2012

Menghargai Masa Lalu Untuk Masa depan yang Jauh Lebih Baik


Menghargai Masa Lalu Untuk Masa depan yang Jauh Lebih Baik

Rabu, 15 Agustus 2012

Dear Sahabat Hati,..

Hm,, sudah lama ya saya nggak post di blog ini. Kangen juga berbagi kisah pada sahabat semua..
Ohya, Hari ini saya pengen post sesuatu yang insya ALLAh bermanfaat untuk kita semua. Seperti judulnya, MENGHARGAI MASA LALU UNTUK MASA DEPAN YANG JAUH LEBIH BAIK.

Panjang ya, iya sih..panjang sangat judulnya ^_^...
Yuk mulai..

Hari ini adalah hari kedua saya di kampung, di dusun. Yang sekarang sudah agak kota ^_^. Desa kali, Kecamatan Argamakmur, Bengkulu Utara. 

Sejak kemarin siang ( 14 Agustus 2012) saya sudah tiba di rumah amak dan abak.
Nah, Agenda hari ini adalah ke kebun, Nyadap Karet. Kebetulan hari ini Abak Panen Latex (baca: Getah Karet). Setelah di Takea (disadap) selama 3 hari, dan ini hari ke empat, tibalah waktu untuk panen. Ngiden, itu bahasa rejangnya.  Mumpung sedang di dusun, saya pun memutuskan untuk ikut membantu abak nyadap karet, niatnay sih emang mempermudah pekerjaan abak, sekaligus refreshing otak dan paru paru ke tengah hutan yang oksigennya masih full. Semua kesibukan di kota dan panasnya udara kota terus terang memang sangat menjenuhkan akhir – akhir ini. Dan saya pikir, beraktifitas di tengah hutan adalah solusi yang mujarab. Dan ternyata emang bener..:-)

Setelah sholat subuh, segala persiapan pun segera di laksanakan, mulai dari mandi, mempersiapkan Piseu Para  / Pisau para (alat penyadap karet), mandi, ganti pakaian lapangan (pakaian kebun) hingga check up amunisi motor. Ohya, Jaman sudah maju, ke kebun jaman sekarang nggak pakai jalan kaki lagi, tapi naik motor..again, thanks to technology!_!

Pukul 06. 25 Perjalanan pun di mulai. Dengan mengendarai revo, saya pun memboncengi Abak dengan sangat hati-hati. 

Jalanan yang di lalui adalah jalan batu koral tipis dan tanah. Karena hari cerah, Alhamdulillah jalanan kering dan tidak licin/becek. 

sudah lumayan lama (setahunan) saya tidak ikut ke kebun. Hal ini membuat saya sangat berhati-hati melalui  jalannan ke kebun yang lumayan berkelok-kelok, menanjak-menurun,  dan menuntut kesigapan dan ke hati-hatian jika ingin selamat. 

20 menit waktu yang harus di tempuh, melewati kebun dan tanjakan 45 derajat yang lumayan memacu adrenalin saya yang belum pernah membawa kendaraan bermotor melewati medan off road securam ini.

Pukul 17.15, Aktifitas penyadapan pun di mulai. Meski tetap lebih lambat dari Abak, namun saya bisa menyadap dengan baik. Sebenarnya menyadap karet bukanlah hal baru bagi saya yang anak dusun ( meski tinggal dikota sejak kelas 1 SMP). Sejak kelas 2 SMP, saya sudah terbiasa menyadap karet, baik secara mandiri (sendirian), maupun bedua dengan Abak atau Adek  saya. 

Syukurnya, Pohon karet yang kami sadap belumlah begitu tua, sehingga masih lumayan lembut dan alur sadapannya pun masih rendah-rendah.

Pukul  10. 00 WIB, aktifitas sadap dan Panen pun selesai. Telah terkumpul beberapa ember  getah latex yang di bentuk/di satukan  oleh abak di dalam bak/lobang di tanah berbentuk persegi panjang (balok). Karena ini karet tradisional/kampung, bukan karet pir/hibrida/unggul, maka getah yang di hasilkan pun tidak lah begitu banyak. Untuk 4 hari, hanya terkumpul 23 kg getah latex. Satu kilogram getah latex di hargai Rp. 8000,- oleh pengumpul karet di kampung saya.



(INTERMISSION)



Nah, dari pengalaman saya hari ini, satu hal yang dpat saya petik. Kita harus selalu bersyukur, apapun profesi kita. Seperti halnya Abak yang senantiasa sabar, bersyukur dan tetap berusaha menyadap karet, walau hasilnya pas-pasan.

Ohya, bagi keluarga saya, dan keluarga lainnya di dusun saya, pohon karet adalah tumpuan penghasilan sehari-hari yang sangat berharga.

Dan khusus bagi keluarga saya, getah karet sangat membantu untuk menyekolah kan hingga menguliahkan saya dan adek-adek saya, Di samping penghasilan dari sedikit Buah sawit dari kebun tradisional milik Abak.

Bagi saya pribadi, Pohon karet dan getah putihnya yang berbau agak menjijikkan bagi orang yang tidak pernah menemuinya itu, SANGAT LAH BERKESAN DAN Membantu proses pendidikan saya.

Saya Masih ingat, dahulu sekali, tahun 1999, Saya mulai kenal dengan dunia Menyadap karet. Saat itu saya masih menanjak ke kelas 2 SMP. Ketika itu keluarga saya masih tergolong cukup mampu dan berada. Abakpun ketika itu melarang saya untuk bekerja keras, kata beliau ketika itu “sekolah saja dulu yang bener, kalau sudah terbiasa menghasilkan uang, nanti sekolahnya jadi malas. Namun tahun ke tahun, kondisi perekonomian keluarga makin merosot. Ketika itu keluarga saya di tipu puluhan juta rupiah. Demi kelangsungan sekolah, saya pun mulai belajar menghasilkan uang untuk mendukung biaya sekolah. Ketika itu saya senantiasa di bantu oleh adek laki-laki saya, yang karena kegigihan dan kenekatan tekad nya, sekarang sedang berkuliah di tahun terakhir di Universita Bengkulu. Ketika itu beliau masih kelas 4 SD. 

Kebayang kan betapa susahnya masa-masa itu..? ^_^..

Nah, Sahabat hati, setelah dewasa, saya pun akhirnya mengerti bahwa  segala kisah yang terjadi di hidup kita adalah goresan keputusan dari yang maha kuasa, baik atau buruknya masa lalu, kita mestilah menghargainya dan senantiasa bersyukur. Wujud kesyukuran itu adalah berusaha yang terbaik, tanpa putus asa, untuk masa depan yang lebih baik. 

Dan tetap saja, penghargaan terbaik sangat saya berikan pada Abak dan Amak, yang meski orang dusun, berpendidikan rendah,petani sederhana,  namun sangat bersemangat menyekolahkan kami, yang tujuh beradik.

Orang tua saya memang tidak memberikan harta berlimpah seperti halnya banyak orang tua di sekitar kami. Namun, warisan kesempatan meraih mimpi dan ilmu adalah warisan yang tidak terhingga harganya dan sangatlah berharga, dimata kami, dan dimata ALLAH SWT. InsyaALLAH Syurga Firdaus untuk mereka berdua, karena telah dan sedang mengupayakan ilmu dan agama yang baik bagi kami, putra-putrinya, dengan gigih dan penuh keikhlasan.

Sahabat hati
ALLAH itu maha penyayang dan maha mengabulkan. Ketika kita punya tekad yang sekuat baja, memohonlah pada ALLAH apa yang kita inginkan, kemudian berusahalah maksimal, maka ALLAH akan mewujudkan apa yang kita inginkan. InsyaALLAH, aaamiiin...

Tetap Semangat!_! Man Jadda Wa Jadaa..

Foot note : semoga bermanfaat bagi kita semua yang membaca