Pages

Monday, September 17, 2012

SEPENGGAL KISAH SEDERHANA (sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

eheem...ini nih,,,setelah dua tahun mendekam dalam komputer saya,,,maka hari ini,,,izinkanlah saya untuk mem-publish kisah inspiratif berikut ini.
Ohya, ini bukan karya saya, tapi karya salah satu murid terbaik yang pernah saya kenal, ASYIFAUL FADIYAH, angkatan 4 SMPIT IQRA' kota bengkulu.
Awalnya ini note mau saya jadiin salah satu isi dalam KUNOPATH (KUMPULAN NOTE ANGKATAN EMPATH), tapi karena suatu dan lain hal, rencana cetak hard copynya d tunda hingga waktu yang tak di tentukan..:-)

untuk sebuah mini note bikinan anak SMP, menurut saya ini sudah bagus dan lumayan dahsyat. Dari setting cerita dan beberapa tokoh yang disamarkan namanya, sepertinya ini kisah nyata, kisah selama belajar di SMPIT IQRA' kota Bengkulu.
selama membaca.



SEPENGGAL KISAH SEDERHANA
(sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

Pukul 07.05, aku sudah selesai salat Dhuha. Aku segera bergegas mengambil topi dan memakai sepatu. Seperti hari Senin biasanya, aku mengikuti upacara bendera di sekolahku, SMP IT Al-Insan. Sepuluh menit lagi upacara dimulai. Tanpa banyak basa-basi aku langsung menuju ke lapangan dan berbaris. Aku tidak ingin Ustad Ilyas marah hanya karena murid-murid susah diatur.
            Upacara berjalan lancar. Ada yang berbeda di hari keempat bulan Oktober ini. Baru kali ini upacara bendera berakhir tepat waktu, pukul 07.45. Padahal biasanya sedikit terlambat, sehingga waktu untuk jam pelajaran pertama di kelasku, yaitu TIK terpotong. Untuk pelajaran TIK kali ini, Ustad Ridwan menjelaskan materi tentang ‘Sistem Jaringan Komputer’.
            Pelajaran TIK berakhir pada pukul 09.05. Selanjutnya English. Hari ini ada quiz untuk materi ‘Types of  Text in English’. Setelah waktu mengerjakan soal habis, aku mengumpulkan lembar ulangan itu.
            “Di kelas ini ada yang nge-fans sama Justin Bieber nggak?” Tanya Ustad Ilyas dengan basa-basi membicarakan gossip terheboh tentang JB yang katanya dia adalah seorang kakek berusia 51 tahun , memiliki suara mirip remaja dan memakai topeng.
            “Ada Tad,” jawab salah seorang temanku.
            “Kasiaaan deh, nge-fans sama datuk-datuk,” ejek Ustad Ilyas bercanda.
            Bagi para penggemar JB tentu tidak percaya akan hal itu dan mereka bilang itu hanya gossip. Bodo amat! Terserah. Entah dia kakek-kakek kek, om-om kek, balita kek, aku tak peduli. Siapa dia sih?! Soalnya aku bukan penggemar JB.
Selanjutnya pelajaran PAI. Kali ini jadwal presentasi artikel untuk kelompok satu: Zhie, Nira, Tika, dan Zia yang membahas masalah gerakan salat. Aku dan teman-teman berdiskusi dengan aktif bersama Ustazah Lutfi.
            Setelah pelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, aku segera mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, Bahasa Indonesia. Kami diberi tugas untuk mengerjakan latihan halaman 64. Dengan serius aku memahami isi bacaan cerpen berjudul ‘Kunang-Kunang’ karya Hanna Rambe, lalu menjawab pertanyaan sesuai teks.
            Saat aku membaca cerpen itu, mataku berkaca-kaca. Cerpen itu mengingatkan aku akan study tour bulan Juli lalu. Penuh kenangan manis akan keakraban aku, para guru dan teman-teman. Segera kuhapus air mataku, kukerjakan soal-soal itu sambil menyanyikan lagu ‘Waka-Waka’ dengan lirih dari awal sampai akhir lagu.
            Nira yang mendengar aku bernyanyi dan kebetulan ia menyukai lagu yang kunyanyikan, tiba-tiba mencolek lenganku. “Alya, aku jadi ingat waktu study tour…” katanya kemudian.
            “Sama,” jawabku singkat sambil tersenyum sok manis. (He he…)
            Usai makan siang, aku kembali menyelesaikan tugas BI dengan tuntas lalu mengumpulkannya. Kebetulan guru BI kami, Ustazah Sofi sedang pergi ke Palembang, sehingga masih ada waktu kosong yang tersisa dan sayang untuk disiakan. Daripada menganggur, aku lebih memilih mengerjakan tugas English untuk les besok, hari Selasa. Ada 50 soal pilihan ganda yang harus dikerjakan dan akan dibahas besok.
Aku mengerjakan paket soal itu di balik loker bersama Sita. Sambil mengerjakan, aku dan Sita juga mengobrol sampai teman-teman selesai salat Ashar. Kebetulan aku dan Sita tidak ikut salat. Maklum, cewek…
Kami membicarakan tentang cerita masa-masa saat kami masih duduk di kelas 7 dulu. Tentang kami dan teman-teman serta para guru saat kami masih ‘ingusan’. Akhirnya, sebagian besar soal-soal sudah aku kerjakan.
Waktu menunjukkan pukul 16.00. Seharusnya siswi kelas 9D les BI hari ini. Tapi berhubung Ustadzah Sofi belum pulang dari Palembang, aku dan teman-teman sekelas dipulangkan ke rumah masing-masing.
***
Keesokan harinya…
Mata pelajaran pertama untuk hari ini adalah Biologi. Tanggal 5 Oktober 2010 ini, di 9D ada ulangan untuk materi ‘Sistem Reproduksi pada Manusia’. Setelah mengumpulkan ulangan, aku dan teman-teman sekelas makan kue bolu dari Ara. Ara adalah seorang temanku di kelas 9C yang berulang tahun hari Minggu lalu.
Setelah menghabiskan kue itu, kami kembali ke PBM. Kali ini beralih ke materi baru, tentang ‘Sistem Saraf pada Manusia’. Dengan seksama murid-murid memperhatikan penjelasan Ustadzah Qonita dalam membahas soal. Tanpa terasa waktu habis, dan kami harus mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, yakni Qur’an.
            Pukul 10.25 bel sekolah berbunyi, menunjukkan waktu istirahat untuk para siswi. Sekarang hari Selasa. Aku, Zia, Chika, Nana dan Nia piket kelas. Air di dispenser kelas kami tinggal sedikit. Zia mengajakku membeli air gallon di kantin. Chika yang membayarkan uangnya kepada penjaga kantin, sementara aku dan Zia yang menggotongnya ke kelas.
Sesampainya di ruang kelas, aku mengambil cutter dan Zia membuka tutup gallon dengan cutter itu. Lalu Zia bersama Chika dan Nia menuangkan air gallon itu ke dispenser. Karena tidak ada yang memegangi dispensernya, sebagian isi gallon tumpah mengenai tembok. Akhirnya aku yang memegangi dispenser itu.
Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit lagi. Fathiya yang hari itu duduk sebangku denganku meminta bantuanku untuk mengerjakan PR les English. Aku dan Fathiya berdiskusi. Aku bantu Fathiya sebisaku, kuberitahu apa yang aku tahu.
            Sebenarnya aku bukanlah siswa yang berkompeten dalam English. Tapi English adalah mapel yang paling aku sukai sejak SD. Yang membuat aku bersemangat adalah ketika dulu aku suka menonton acara variety show  ‘super-superan’ di Indosiar. Ivan Gunawan sering bercakap-cakap dengan komentator lainnya dan juga para guest star ‘bule’ dengan bahasa Inggris. Lalu aku selalu membayangkan jika diriku ada di situ bersama mereka, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Jadi kesannya aku seperti orang o’on.
Itulah yang  memacu semangatku untuk belajar English. Terlebih lagi di SMP IT Al-Insan ini, Allah mempertemukanku dengan Ustazah Dewi, Ustad Wawan, Ustad Anton, Ustad Ilyas, Ustazah Cahaya, dan Ustazah Rita. Mereka adalah para guru Bahasa Inggris yang inspiratif yang pernah aku jumpai di sekolah ini, yang selalu menyalakan semangatku.
            Bel masuk pun berbunyi pada pukul 10.40. Sesuai dengan amanat Ustad Feri, kami belajar di masjid. Beliau membagi kelompok belajar berdasarkan surat yang dihafal. Aku bergabung bersama Ranita, Saras, Suci, Safa, dan Ina. Dengan kompak kami menghafal surat Al-Qiyamah ayat demi ayat.
            Tanpa terasa waktu habis. Kami harus kembali ke kelas untuk belajar Matematika. Hari ini kami memasuki materi baru, ‘Statistic dan Peluang’. Ustad Idris menerangkan sampai kami benar-benar paham. Saat waktu salat Zuhur tiba, kami break sejenak untuk ‘ishoma’. Setelah pukul 14.10 kami kembali melanjutkan pelajaran.
            Beberapa menit sebelum bel masuk, para siswi 9D sudah berada di kelas. Kurasa Ustad Idris tahu benar betapa penatnya kami. Beliau menyuruh kami untuk berdiri, lalu mengajak berjoget diiringi lagu ‘Abang Gorengan’ sambil bernyanyi. Pokoknya seru deh! Meskipun kebanyakan dari kami rada jaim gitu...
            Abang gorengan
            Jual tahu tempe
            Bakwan, pisang ade…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Jam pelajaran berakhir pada pukul 15.30. Saat teman-temanku salat Ashar, aku menuju ke meja wali kelas untuk memastikan bahwa buku tugas Bahasa Indonesiaku yang kemarin sudah dikumpulkan, ada di meja itu. Tapi ternyata tidak! Aku heran, mengapa buku tugas BI selalu lenyap entah kemana setiap aku mengumpulkannya di meja itu. Padahal aku yakin buku itu sudah kuletakkan di meja itu. Aku kesal. Tapi… Ya sudahlah! Apa boleh buat, lagi-lagi aku harus dua kali kerja, mengerjakan tugas yang sudah kukerjakan.
           
Sore harinya…
            Hari ini jadwal kami untuk les English. Hujan turun dengan lebatnya. Diantara kami ada yang mengobrol di teras, ada yang duduk-duduk, ada juga yang sedang mengerjakan tugas yang Ustad Ilyas berikan berikan minggu lalu yang mestinya sudah dikerjakan. Karena suka iseng, aku pun iseng-iseng menulis kutipan lirik lagu Ipank, ‘Sahabat Kecil’. Berhubung sore itu hujan, aku tulis di whiteboard, “Belum jua berakhir… Hujan di sore ini… (Ipank).”
            Waktu hampir menunjukkan pukul 16.15, namun Ustad Ilyas belum datang juga sehingga aku dan Dillah terpanggil hatinya untuk memanggil beliau di ruang guru.
            Setelah itu aku mengajak teman-teman untuk masuk kelas dan menunggu Ustad Ilyas datang. Dan akhirnya beliau datang juga. Sebelum memulai pelajaran beliau mengajak kami bernyanyi setelah melihat tulisan yang aku tulis di papan tulis tadi. Kata Ustad Ilyas, itu adalah salah satu lagu favorit Ustad Ilyas. Beliau agak malu-malu saat murid-murid memaksanya untuk bernyanyi.
            “Tapi nyanyinya sama-sama ya. Yang tahu lagunya ikutan nyanyi,” ajak Ustad Ilyas.
            Meskipun awalnya menolak untuk bernyanyi bersama, akhirnya beberapa diantara kami, termasuk aku pun ikut bernyanyi.
 bersamamu kuhabiskan waktu
 senang bisa mengenal dirimu
rasanya semua begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya…
            Hujan belum juga berakhir, sesuai dengan lagu yang baru saja kami nyanyikan. Akhirnya kami kembali ke pembelajaran, membahas soal yang Ustad berikan sampai nomor 35 dari 50 soal. Setiap siswi diberi giliran untuk membacakan dan menjawab satu soal, tapi aku tidak.
            Hujan masih saja turun hingga aku dan teman-teman pulang ke rumah.       
                        Hari ini indah… J
***


Hari ke-18 di bulan Oktober…
            Usai salat Zuhur, aku kembali menyibukkan diri membuat kerangka karya tulis untuk dilombakan. Rayna, Airin, dan Zhie juga ikut serta dalam perlombaan ini.
            Zhie datang menghampiriku dengan wajah cemberut. “Lagi ngapain Al? Nyusun karya tulis ya? Berenti aja deh, ngurusin yang begituan! Kata Ustad Ilyas, lomba KTI-nya nggak jadi! Batal! Tau nggak sih? Aku lagi kesal sama Ustad Ilyas!” ucapnya yang membuatku bingung.
            “Kenapa Zhie? Ada masalah apa lagi? Kenapa Ustad Ilyas?” tanyaku heran.
“Zhie cuma negur dia untuk menghidupkan suasana. Zhie cuma bercanda, eee… dia malah marah-marah sama Zhie. Siapa yang nggak kesal sih, kalo digituin!” Zhie mengungkapkan kekesalannya terhadap Ustad Ilyas kepadaku. Dia memaki dan menyumpahi Ustad Ilyas dihadapanku.
Lalu ia mengajakku, “Al, kita ngadem yuk! Maksudnya bukan cari tempat yang adem, tapi cari minuman yang adem-adem. Beli Honestea yuk,” aku pun mengikuti maunya, menemaninya membeli minuman, meskipun aku sedang berpuasa. Kuharap dia bisa sedikit lebih tenang.  
Zhie masih tetap mangkel. Aku berusaha menenangkannya. “Sabar ya Zhie, maklumin aja. Beliau memang kaya gitu. Mungkin dia lagi ada masalah. Mestinya kita ngerti dong.”
“Masalah sih masalah. Tapi kan gak harus aku yang jadi sasarannya!” Rupanya Zhie benar-benar kesal.
“Tapi aku yakin, apa yang kamu ucapkan itu hanya luapan emosi kamu. Hanya emosi sesaat. Ustad Ilyas kan udah kaya ortu kita sendiri. Biasanya selama ini, semarah apa pun kamu sama beliau, ujung-ujungnya juga pasti baikan lagi kok. Aku rasa Ustad Ilyas juga nggak bermaksud bersikap kaya gitu sama kamu. Ustad tadi ngomongnya nggak dari hati nurani. Begitu juga dengan kekesalan kamu,” aku mencoba meyakinkan.
“Enggak, Alya…!” Zhie tetap bersikeras atas apa yang ia yakini. Aku tahu dia hanya sedang dikuasai emosi.
***

Esoknya lagi…
            Hari ini kudapati Zhie absen karena sakit. Kemarin dia mimisan setelah marah-marah. Mungkin dia demam karenanya. Padahal hari ini ada ulangan Biologi untuk bab ‘Sistem Saraf dan Indera pada Manusia’.
            Setelah belajar Biologi, kami belajar Qur’an bersama Ustad Feri di perpustakaan. Hati-hati ini terasa begitu damai saat mendengarkan lantunan murattal surat Al-Mursalat dan Al-Insan sambil ikut melantunkannya. Ina pun mengungkapkan hal yang sama padaku. Seakan angin ikut memuji keagungan-Nya.

Hari ini juga indah…

2 comments: