Pages

Friday, December 28, 2012

Muhasabah Akhir tahun

Hei, it's December 28th,..
Hmm, tak terasa ya, just beberapa puluh jam menuju tahun yang baru...
2013..

hayo refleksi, sudah seperti apakah tahun ini sayang?
indah? suram? galau? happy? Sedih? menyebalkan? flat? atau amazing?....

Sudahlah,.
mungkin sudah banyak tangis tertumpah,
atau telah terlalu pula tawa berlebih melimpah ruah..

atau,,,.
jika kau merasa tahun ini biasa saja,



tahun 2012 pada akhirnya harus berlalu...
karena adeknya sdh siap nongol beberapa hari kedepan.

Evaluasi ya..
bahasa agamanya, MUHASABAH ya...

sudah sebermanfaat apakah kamu ditahun ini?
sudah seberapa beruntungkah kamu jika dibanding tahun yang lalu (2011)?
sudah seberapa langkahkah kamu maju? melangkah dan berlari?
atau sudah sekuat apakah kamu bertahan dalam pedih, meski kamu mesti merayap dalam tertatih...

Muhasabah juga..
apakah kamu sudah dekat dengan sang penciptamu di tahun ini?
apakah kamu sudah mencintainya dalam laku lebih dari kamu mencintai dunia?
Atau jangan-jangan, dalam tak sadarmu kamu malah lebih mencintai musuh-musuhNYA? Musuh-musuh TUHANMU?

Dan..ini juga tak kalah pentingnya,,
Tata kembali hatimu, dan bersiaplah dengan usaha untuk tahun yang baru..

Usaha pembuktian pada dirimu sendiri,
pembuktian pada semua yang sayang atau benci padamu...

pembuktian bahwa kamu bisa membuat mereka yang meyayangimu semakin sayang dan tersenyum bahagia untukmu,
Pembuktian bahwa kamu bisa membalik opini yang membencimu menjadi kekaguman tersurat yang selama ini dengan sekuat tenaga mereka samarkan dibalik tirai kebenciannya padamu...
Pembuktian BAHWA KAMU BISA JADI SOSOK YANG LEBIH BAIK, LEBIH KUAT, DAN LEBIH POSITIF....

itu saja sayang..
muhasabah akhir tahun ini,
semoga kita sepakat, bahwa kita akan berusaha sekuat tenaga menjadi sosok yang lebih baik ditahun depan,
menjadi sosok yang lebih beruntung.
Karena yang beruntung itu adalah yang hidupnya, akhlaknya, dan upayanya, lebih baik..


Saturday, October 20, 2012

Kesungguhan Sang Putra

Kesungguhan Sang Putra

(kisah, dimuat di Islamedia)


“Ya Allah..
Tlg lancarknlah sgala urusan ku..

Sm0ga slama 4 tahun aku kuliah ,, aku dapat melaksanakan sgala tata tertib nya dengan baik ya Allah ..
Amiiinn ...”

“Perjalanan panjang ..”
“Jadwal pagi ni.
Bangun pagi,
Siap" Tahajudan, Sholat Shubuh, Brangkt Ospek”
“Perjuangan demi Kesuksesan dimasa depan ..
Amiin.”

“SEBI is The Best !!!”

“SEBI is School Of Islamic Economics ..”

“Allahu Akbar !!!
Tegakkanlah Islam !!!”

Itulah kata-kata yang ditulis di akun Facebook-nya. Beberapa hari terakhir ini aku sengaja mengikuti. Sepertinya curahan hati yang dalam, penuh makna, menunjukkan suasana kesungguhan. Akupun yang membacanya seakan terbawa emosi, seakan ikut larut pada suasana hatinya. Sebab selama ini aku tahu persis, kondisi seorang Nurahman Saputra (Putra).

Ia anak muda seperti kebanyakan, setelah lulus SMU ingin melanjutkan ke jenjang kuliah. Tetapi tidak dengan perjuangan untuk kebutuhan biaya sekolahnya. Terutama Ibunya, yang hanya seorang Janda dengan dua anak laki-lakinya. Ditinggalkan tanpa dinafkahi oleh Suaminya, ketika Putra masih berumur sekitar 5 tahun. Sejak itu pula Ibunya harus bekerja, membanting tulang sendirian, untuk keperluan hidup dan membesarkan kedua anaknya.

Ibunya terhitung masih saudara dengan istriku, karena ia sepupuan dengan Almarhum Bapak istriku. Tinggal mengontrak di dekat rumah. Ruangan dengan dua petak itu, seakan menjadi tempat terindah bagi mereka bertiga, menjadi tempat berteduh, bercengkerama, bahkan menemani tidur malam mereka, setelah masing-masing lelah menjalani kesehariannya.

Ibunya hampir tiap hari meninggalkan rumah, berkeliling dari rumah ke rumah, dari Saudara ke Saudara, bahkan kadang harus menginap karena jauhnya perjalanan. Untuk menawarkan jasa refleksi atau rias kecantikannya. Pijat refleksi, urut, lulur, atau potong rambut adalah keahliannya. Alhamdulillah… masih ada skill, sehingga ada penghasilan. Walaupun kadang-kadang tidak cukup untuk keperluan makan, uang kontrakan, atau biaya sekolah kedua anaknya. Belum lagi kalau penyakit asmanya kambuh, badannya menjadi lemas, lunglai, tak berdaya maka Ibunya hanya bisa berdiam di rumah.

Untungnya kedua anaknya tidaklah manja. Putra misalnya, Ia pun mempunyai keahlian yang sama dengan Ibunya, yaitu pijat refleksi. Untuk menambah uang saku Ia sering menawarkan jasa refleksinya. Termasuk ke aku, Ia sering memijat refleksi. Aku tahu…, ketika Ia mengirim SMS ke HP Istri aku atau ke aku menawarkan refleksinya, artinya ia sedang ada perlu biaya lebih. Baik untuk keperluan sekolah lainnya, atau ongkos naik angkot ke sekolah. Atau untuk membeli pulsa, dari HP yang ia peroleh dari hasil membantu pekerjaan di rumah Saudara yang lain, selama liburan sekolah. Disaat anak sekolah yang lain menghabiskan liburannya untuk bermain. Putra memilih bekerja, apa saja yang bisa dikerjakan, maka tak segan Ia lakukan, pekerjaan rumah tangga sekalipun.

Adiknya Putra juga demikian, Fery, kelas 2 SMK, ke sekolah naik sepeda. Untuk menghemat ongkos katanya. Karena sekolahnya siang, maka setiap pagi Ia membantu-bantu dulu di rumahku. Entah itu menjemur, mencuci motor, membersihkan tanaman, atau menyapu. Ia cukup senang punya uang dari hasil keringatnya sendiri. Atau kadang-kadang Fery ikut menemani anak-anakku bermain, ketika istriku juga sedang ada keperluan keluar rumah. Dari uangnya itu, Fery juga memelihara ayam kampung. Yang sekarang sudah beranak-pinak cukup banyak.

Awalnya setelah lulus SMK tahun ini, Putra bertekad bulat untuk bekerja. Membantu perekonomian keluarganya, mencari tambahan uang, karena memang Ibunya juga sudah berumur, badannya sudah tidak cukup kuat lagi bekerja. Putra banyak mencari informasi lowongan pekerjaan. Tidak sedikit lamaran pekerjaan Ia kirimkan. Pernah interview walaupun cukup jauh tempatnya, ia jalani. Sayang keberuntungan belum berpihak, sehingga tidak lolos diterima untuk bekerja.

Disela-sela memijat refleksi, aku menawarkan untuk kuliah beasiswa di SEBI. Kebetulan ada seorang ikhwan disana yang aku kenal, menawarkan program bea siswa dari salah satu Bank Pemerintah, untuk bersekolah di kampus ini. Syaratnya adalah cukup ada rekomendasi dari kader, dan tentunya dengan syarat akademik lainnya. Semula Putra tidak mau, ia tetap ingin bekerja. Tetapi setelah aku yakinkan tentang perlunya ‘orang yang berpendidikan itu lebih mulia’ maka ia mau mencoba ikut ujian seleksinya.

“Untuk biaya ujiannya… Mas bantu deh…” Demikian aku menyemangati Putra untuk ikut mencoba ujian seleksi.

Setelah melihat syarat-syaratnya di Internet, Putra bersungguh-sungguhnya untuk mencoba, termasuk sering bertanya tentang soal-soal yang nantinya kira-kira akan diujikan. Karena tahap ujiannya cukup banyak. Psikotes, ujian tulis, tes baca qur’an, dan terakhir wawancara. Untuk sementara beberapa panggilan interview ia tinggalkan, karena memilih fokus untuk ikut ujian.

Ujian psikotes lulus, berikutnya ujian tulis. Pada saat ini, aku sempat menghubungi rekan ikhwan yang ada di kampus itu. Rekanku mengatakan… Alhamdulillah, nilainya tinggi, ia lolos. Berita ini aku sampaikan ke Istri, lalu istri menyampaikan ke Ibunya, dia langsung bersujud syukur. Tetapi aku berpesan, supaya jangan diberitahukan dulu ke Putra, karena pengumuman resminya baru hari besoknya. Ibunya menangis gembira…

Tinggal menunuggu tes terakhir yaitu wawancara. Wawancara ini untuk menentukan besarnya beasiswa, sebab tidak semuanya memperoleh beasiswa 100%, ada yang 75%, atau 50%, tergantung nanti dari hasil tes wawancara dengan pihak user.
Ada pemberitahuan ke Putra, wawancara dengan salah satu Durektur Bank Pemerintah penyedia beasiswa tersebut. Hatinya berdegub kencang. Tidak menyangka harus berhadapan dengan seorang Direktur Bank. Sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, maka membuat hatinya berdegub kencang.

Hari-hari menunggu wawancara, Putra sering main ke rumahku. Aku berpesan, bahwa saat wawancara nanti, usahakan tenang, rileks, jujur, dan apa adanya saja. Ungkapkan juga bahwa, kalau Putra tidak dapat beasiswa yang 100%, maka Ia memilih bekerja saja. Sebab, Ibunya juga mewanti-wanti tidak akan sanggup menanggung sisa biaya kuliahnya, kalau tidak ditanggung 100%.

Hasil wawancara, Putra lolos untuk yang memperoleh beasiswa 100%. Ia termasuk dari 40 orang yang dapat beasiswa penuh. Maka…, dengan rasa syukur Ia menyambut kenikmatan itu. Dan sejak itu Ia bertekad ingin menjadi orang yang berpendidikan, yang ingin membahagiakan Ibunya.

Dan terakhir, sebelum mengikuti ospek di kampusnya kemarin. Putra mengirim SMS ke HP istri saya, mohon izin, restu dari Istri dan Aku untuk mulai kuliah besoknya. Karena program kuliahnya yang mengharuskan menginap di asrama kampus, maka lama nanti tidak bertemu dengan kami. Termasuk, karena juga harus mengelola keuangan di salah satu masjid yang ada disekitar kampus. Dan dari mengelola keuangan masjid itu, maka mendapat uang saku setiap bulannya.

Akupun memberi komentar di salah satu status di Facebook-nya…
“Bersungguh2lah Putra, Mas turut berdo’a… “

Dan dijawab oleh Putra,
“Terima kasih Mas, atas smua kebaikannya…”


Jakarta, 20 September 2011
Abu Fathi

COPAS dari Sumber yang bermanfaat :   http://halik-amin.blogspot.com/2012/03/kesungguhan-sang-putra.html

Wednesday, October 17, 2012

orkestra melankolis

Andaikan bulan bisa ngomong
mungkin dia tidak hanya akan ngomong tapi tertawa..
terbahak-bahak...
menertawai ku yang keras kepala....
menertawaiku yang idealis
menertawai ku yang bergelora
menertawaiku dengan segala lemahku
andaikan bulan bisa bicara....

andaikan bulan bisa menulis,
mungkin sudah penuh halaman beranda langit malam..
dengan kalimat kalimat tentangku
yang selalu sok teguh
yang selalu sok kokoh
yang selalu sok tegar

tapi syukurlah bulan tidak bisa melakukan dua hal itu...
syukurlah..
cukuplah manusia saja.
cukuplah mereka.

Sakit kah?

Rabu, 17 Oktober 2012..

Sengaja nggak masuk.
sudah izin sih.

Demam.
tadi malam.
sakit kepala, kemaren petang.
kaget, kemaren pagi.
agak sakit hati kemaren sore
kecewa
kemaren petang.

enggan.
pagi ini.




Thursday, October 4, 2012

Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang

Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang

Prof Nagano, staf pengajar Nihon University memberikan kuliah
intensive course dalam bidang Asian Agriculturedi IDEC Hiroshima
University.
Beliau sering menjadi konsultan pertanian di negara-negara Asia
termasuk Indonesia. Ada beberapa hal yang menggelitik yang
utarakannya sewaktu membahas tentang Indonesia:
1.Orang Indonesia suka rapat dan membentuk panitia macam-macam.
Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya dengan
konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian
diskusi berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling
benar dan akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya
program tersebut sebetulnya baik.
2. Budaya Jam Karet
Selain dari beliau, saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang
asing yang pernah ke Indonesia. Ketika saya tanya kebudayaan apa yang
menurut anda terkenal dari Indonesia dengan spontan mereka jawab :
Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu dalam hati.Sudah
sebegitu parahkah disiplin kita?
3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak (?)
Kalau orang lain berprinsip kalau bisa dikerjakansekarang kenapa
ditunda besok? Saya pernah malu juga oleh tudingan Sensei saya
sendiri tentang orang Indonesia. Beliau mengatakan, Orang Indonesia
mempunyai budaya menunda-nunda pekerjaan.
4. Umumnya tidak mau turun ke Lapangan
Beliau mencontohkan ketika dia mau memberikan pelatihan kepada para
petani, pendampingnya dari direktorat pertanian datang dengan safari
lengkap padahal beliau sudah datang dengan work wear beserta sepatu
boot.
Pejabat tersebut hanya memberikan petunjuk tanpa bisa turun ke
lapang, kenapa? Karena mereka datangnya pakai safari dan ada yang
berdasi. Begitulah beliau menggambarkan orang Indonesia yang hebat
sekali dalam bicara dan memberikan instruksi tapi jarang yang mau
turun langsung ke lapangan.
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita sudah terlalu sering dinina-
bobokan oleh istilah indonesia kaya,masyarakatnya suka gotong royong,
ada pancasila,agamanya kuat, dan lain-lain.Dan itu hanyalah istilah,
kenyataannya bisa kita lihat sendiri.
Ternyata negarakita hancur-hancuran, bahkan susah
untuk recovery lagi, mana sifat gotong royong yang membuat negara
seperti Korea, bisa bangkit kembali. Kita selalu senang dengan
istilah tanpa action. Kita terlalu banyak diskusi,saling lontar ide,
kritik, akhirnya waktu terbuang percuma tanpa action. Karena belum
apa-apa sudah ramai duluan.
Kapan kita akan sadar dan intropeksi akan kekurangan-kekurang an kita
dan tidak selalu menjelek-jelekkan orang lain? Selama itu belum
terjawab kita akan terus seperti ini, menjadi negara yang katanya
sudah mencapai titik minimal untuk disebut negara beradab dan tetap
terbelakang disegala bidang.
Mudah-mudahan pernyataan beliau menjadi peringatan bagi kita semua,
terutama saya pribadi agar bisa lebih banyak belajar dan mampu
merubah diri untuk menjadi yang lebih baik.
Semoga kita bisa memperbaiki Citra ini dengan sikap 3 M (mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari yang terkecil).
MUHAMMAD ASEP ZAELANI,
Mahasiswa S-2 Ekonomi Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
asep.bdg@pnm.co.id

Sumber :  http://lateralbandung.wordpress.com/2007/07/26/budaya-negatif-orang-indonesia-menurut-orang-jepang/

Friday, September 28, 2012

MEMETIK HIKMAH



MEMETIK HIKMAH

Dear readers..
Hmm. Malam jum’at. 
21.45 WIB.
Siap-siap tidur.
Sambil mendengarkan mp3 yang randomly played di Laptop saya, tiba-tiba saja ingin mengutak-atik atau mengetuk-ngetuk barisan huruf  di bawah monitor laptop.
Hmm...beberapa hari belakangan ini ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya petik dari kehidupan saya pribadi.
Walau sekedar oret-oret, berikut ini beberapa pelajaran dan hikmah berharga yang bisa saya ambil dari seabrek peristiwa dwi minggu belakangan ini:
1.      Sabar.

Kenapa sabar? Karena memang beberapa hari ini kesabaran saya sepertinya sungguh sedang di uji oleh ALLAH SWT. Nyaris setiap hari ada saja ulah murid-murid yang memancing rasa kesal dan nyerempet nyerempet kearah kemarahan. Mulai dari ribut saat pembelajaran, berantem (berkelahi) dan lainnya. Tapi Alhamdulillah, meski kadang sempat gusar, saat semestinya (maksud saya “biasanyaJ ) saya marah, saya masih bisa menahan emosi agar tidak meledak..Alhamdulillah..

2.      Bersyukur..

Dengan begitu banyak problema yang saya hadapi (baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi), satu-satunya pilihan terbaik bagi saya hanyalah bersyukur. Bersyukur karena emang itu pilihan terbaik, dibanding menyesali diri dan menyalahkan tuhan. J

3.      Kuatkan diri..

Ohya, dalam jangka waktu dua pekan belakangan ini, keluarga saya sedang di uji oleh ALLAH SWT. Ibu saya pada akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan tumor payudara yang membengkakkan dada sebelah kirinya. Selama kurang lebih sekitar 9 hari (saya lupa jumlah harinya) ibu saya harus di inapkan di rumah sakit. Selama itu pula kami sekeluarga menjaganya di rumah sakit, mulai dari tahap observasi hingga masa operasi. Dan ada satu moment yang sungguh menuntut kekuatan hati, Yaitu ketika saya dan dua kakak perempuan saya harus memegang ibu yang meronta-ronta karena sakit setelah operasi. Ibu yang masih dalam kondisi belum sadar penuh akibat  pengaruh bius total saat operasi, berteriak-teriak kesakitan. Dan saya satu-satunya anak laki-laki yang mau tidak mau harus menguatkan hati saya menguatkan ibu. Sungguh sebenarnya saya jauh dari tega dan sangat tidak kuat melihat ibu menangis dan meronta sakit seperti itu, namun harus saya kuatkan. Dan Alhamdulillah saya tidak menangis di depan ibu. Meski akhirnya air mata saya tumpah juga di luar ruangan/bangsal rumah sakit ( Saya berlari keluar ruangan beberapa detik untuk membiarkan airmata saya tumpah dan menyekanya, kemudian berpura-pura kuat kembali didepan ibu). Sungguh dramatis saat itu. Saya sempat berpikir bahwa ini adalah akhir. Namun dokter dan para perawat menguatkan. Kata mereka itu pengaruh obat bius. Entah itu hanya di ucapkan untuk memberi kami semua kekuatan atau tidak, yang jelas saya dan kakak-kakak saya harus kuat dan siap dengan segala kemungkinan. Saya juga harus menguatkan diri melihat gumpalan daging yang diangkat dari tubuh ibu, saat berhadapan dengan dokter dan asistennya. Kata mereka kemungkinan tumornya ganas. Oleh karena itu semua daging yang diangkat akan dikirim ke Bandung untuk di uji laboratorium agar bisa di ketahui apakah ini memang tumor ganas atau jinak. Namun saya berprasangka positif saja, sekali lagi untuk menguatkan hati, dan sekaligus berharap hasil lab nantinya bahwa ini tumor jinak.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok  jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan dari semua itu, saya pun menyimpulkan bahwa seberat apapun ujian dari tuhan, kita mestilah kuat menghadapinya. Karena ALLAH SWT tidak membebani kita dengan apa yang tidak mampu kita hadapi, meski pada akhirnya keputusanNYA lah yang berlaku atas semua makhlukNya.

4.      Jangan menghilangkan senyum seharipun dari wajahmu.

Ini pelajaran atau hikmah terakhir yang saya share malam ini. Meski sekuat apapun ujian dan penderitaan, kita tetap mesti harus tersenyum.  Bukankah kebahagiaan kebahagiaan besar di mulai dari senyum kecil? Meski kadang senyum itu harus dipaksakan...
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan  canda tawa dari  murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.

Semoga kita semua bisa memetik hikmah dari hasil ketukan tuts saya kali ini.

Udem yoo... itu dulu malam ini,, kapan kapan kita lanjut lagi. J


Bed time is coming.
Selamat malam.
Waswb.

Friday, September 21, 2012

Empat tahun sudah (Sambut my 4th aniversary with my school, place i work for)

Empat tahun sudah
langkah kaki ini tertapak
di gedung tiga perempat kotak

empat tahun sudah
hati ini terpaut
pada kasih sahabat hijau

empat tahun sudah
meniti mimpi bersama jamaah
para pejuang ilmu nurjannah

empat tahun sudah
banyak kata dan laku terpurna
menjadi saksi juang tanpa kenal lelah
pagi siang malam bahkan dalam setiap nafas yang bersemayam


empat tahun sudah
di istana hijau aku berdiri berjalan berputar berlari
bersama ratusan senyum canda para musafir ilmu

hmm,..
empat tahun sudah,
terasa masih sedikit yang kulakukan untuk dakwah fardiyah ini

empat tahun sudah menjadi guru
empat tahun sudah menjadi guru swasta
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan nan menuntut gunungan keikhlasan
empat tahun sudah aku disini
di sekolah tercinta terpaut dihati...



Monday, September 17, 2012

SEPENGGAL KISAH SEDERHANA (sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

eheem...ini nih,,,setelah dua tahun mendekam dalam komputer saya,,,maka hari ini,,,izinkanlah saya untuk mem-publish kisah inspiratif berikut ini.
Ohya, ini bukan karya saya, tapi karya salah satu murid terbaik yang pernah saya kenal, ASYIFAUL FADIYAH, angkatan 4 SMPIT IQRA' kota bengkulu.
Awalnya ini note mau saya jadiin salah satu isi dalam KUNOPATH (KUMPULAN NOTE ANGKATAN EMPATH), tapi karena suatu dan lain hal, rencana cetak hard copynya d tunda hingga waktu yang tak di tentukan..:-)

untuk sebuah mini note bikinan anak SMP, menurut saya ini sudah bagus dan lumayan dahsyat. Dari setting cerita dan beberapa tokoh yang disamarkan namanya, sepertinya ini kisah nyata, kisah selama belajar di SMPIT IQRA' kota Bengkulu.
selama membaca.



SEPENGGAL KISAH SEDERHANA
(sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

Pukul 07.05, aku sudah selesai salat Dhuha. Aku segera bergegas mengambil topi dan memakai sepatu. Seperti hari Senin biasanya, aku mengikuti upacara bendera di sekolahku, SMP IT Al-Insan. Sepuluh menit lagi upacara dimulai. Tanpa banyak basa-basi aku langsung menuju ke lapangan dan berbaris. Aku tidak ingin Ustad Ilyas marah hanya karena murid-murid susah diatur.
            Upacara berjalan lancar. Ada yang berbeda di hari keempat bulan Oktober ini. Baru kali ini upacara bendera berakhir tepat waktu, pukul 07.45. Padahal biasanya sedikit terlambat, sehingga waktu untuk jam pelajaran pertama di kelasku, yaitu TIK terpotong. Untuk pelajaran TIK kali ini, Ustad Ridwan menjelaskan materi tentang ‘Sistem Jaringan Komputer’.
            Pelajaran TIK berakhir pada pukul 09.05. Selanjutnya English. Hari ini ada quiz untuk materi ‘Types of  Text in English’. Setelah waktu mengerjakan soal habis, aku mengumpulkan lembar ulangan itu.
            “Di kelas ini ada yang nge-fans sama Justin Bieber nggak?” Tanya Ustad Ilyas dengan basa-basi membicarakan gossip terheboh tentang JB yang katanya dia adalah seorang kakek berusia 51 tahun , memiliki suara mirip remaja dan memakai topeng.
            “Ada Tad,” jawab salah seorang temanku.
            “Kasiaaan deh, nge-fans sama datuk-datuk,” ejek Ustad Ilyas bercanda.
            Bagi para penggemar JB tentu tidak percaya akan hal itu dan mereka bilang itu hanya gossip. Bodo amat! Terserah. Entah dia kakek-kakek kek, om-om kek, balita kek, aku tak peduli. Siapa dia sih?! Soalnya aku bukan penggemar JB.
Selanjutnya pelajaran PAI. Kali ini jadwal presentasi artikel untuk kelompok satu: Zhie, Nira, Tika, dan Zia yang membahas masalah gerakan salat. Aku dan teman-teman berdiskusi dengan aktif bersama Ustazah Lutfi.
            Setelah pelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, aku segera mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, Bahasa Indonesia. Kami diberi tugas untuk mengerjakan latihan halaman 64. Dengan serius aku memahami isi bacaan cerpen berjudul ‘Kunang-Kunang’ karya Hanna Rambe, lalu menjawab pertanyaan sesuai teks.
            Saat aku membaca cerpen itu, mataku berkaca-kaca. Cerpen itu mengingatkan aku akan study tour bulan Juli lalu. Penuh kenangan manis akan keakraban aku, para guru dan teman-teman. Segera kuhapus air mataku, kukerjakan soal-soal itu sambil menyanyikan lagu ‘Waka-Waka’ dengan lirih dari awal sampai akhir lagu.
            Nira yang mendengar aku bernyanyi dan kebetulan ia menyukai lagu yang kunyanyikan, tiba-tiba mencolek lenganku. “Alya, aku jadi ingat waktu study tour…” katanya kemudian.
            “Sama,” jawabku singkat sambil tersenyum sok manis. (He he…)
            Usai makan siang, aku kembali menyelesaikan tugas BI dengan tuntas lalu mengumpulkannya. Kebetulan guru BI kami, Ustazah Sofi sedang pergi ke Palembang, sehingga masih ada waktu kosong yang tersisa dan sayang untuk disiakan. Daripada menganggur, aku lebih memilih mengerjakan tugas English untuk les besok, hari Selasa. Ada 50 soal pilihan ganda yang harus dikerjakan dan akan dibahas besok.
Aku mengerjakan paket soal itu di balik loker bersama Sita. Sambil mengerjakan, aku dan Sita juga mengobrol sampai teman-teman selesai salat Ashar. Kebetulan aku dan Sita tidak ikut salat. Maklum, cewek…
Kami membicarakan tentang cerita masa-masa saat kami masih duduk di kelas 7 dulu. Tentang kami dan teman-teman serta para guru saat kami masih ‘ingusan’. Akhirnya, sebagian besar soal-soal sudah aku kerjakan.
Waktu menunjukkan pukul 16.00. Seharusnya siswi kelas 9D les BI hari ini. Tapi berhubung Ustadzah Sofi belum pulang dari Palembang, aku dan teman-teman sekelas dipulangkan ke rumah masing-masing.
***
Keesokan harinya…
Mata pelajaran pertama untuk hari ini adalah Biologi. Tanggal 5 Oktober 2010 ini, di 9D ada ulangan untuk materi ‘Sistem Reproduksi pada Manusia’. Setelah mengumpulkan ulangan, aku dan teman-teman sekelas makan kue bolu dari Ara. Ara adalah seorang temanku di kelas 9C yang berulang tahun hari Minggu lalu.
Setelah menghabiskan kue itu, kami kembali ke PBM. Kali ini beralih ke materi baru, tentang ‘Sistem Saraf pada Manusia’. Dengan seksama murid-murid memperhatikan penjelasan Ustadzah Qonita dalam membahas soal. Tanpa terasa waktu habis, dan kami harus mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, yakni Qur’an.
            Pukul 10.25 bel sekolah berbunyi, menunjukkan waktu istirahat untuk para siswi. Sekarang hari Selasa. Aku, Zia, Chika, Nana dan Nia piket kelas. Air di dispenser kelas kami tinggal sedikit. Zia mengajakku membeli air gallon di kantin. Chika yang membayarkan uangnya kepada penjaga kantin, sementara aku dan Zia yang menggotongnya ke kelas.
Sesampainya di ruang kelas, aku mengambil cutter dan Zia membuka tutup gallon dengan cutter itu. Lalu Zia bersama Chika dan Nia menuangkan air gallon itu ke dispenser. Karena tidak ada yang memegangi dispensernya, sebagian isi gallon tumpah mengenai tembok. Akhirnya aku yang memegangi dispenser itu.
Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit lagi. Fathiya yang hari itu duduk sebangku denganku meminta bantuanku untuk mengerjakan PR les English. Aku dan Fathiya berdiskusi. Aku bantu Fathiya sebisaku, kuberitahu apa yang aku tahu.
            Sebenarnya aku bukanlah siswa yang berkompeten dalam English. Tapi English adalah mapel yang paling aku sukai sejak SD. Yang membuat aku bersemangat adalah ketika dulu aku suka menonton acara variety show  ‘super-superan’ di Indosiar. Ivan Gunawan sering bercakap-cakap dengan komentator lainnya dan juga para guest star ‘bule’ dengan bahasa Inggris. Lalu aku selalu membayangkan jika diriku ada di situ bersama mereka, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Jadi kesannya aku seperti orang o’on.
Itulah yang  memacu semangatku untuk belajar English. Terlebih lagi di SMP IT Al-Insan ini, Allah mempertemukanku dengan Ustazah Dewi, Ustad Wawan, Ustad Anton, Ustad Ilyas, Ustazah Cahaya, dan Ustazah Rita. Mereka adalah para guru Bahasa Inggris yang inspiratif yang pernah aku jumpai di sekolah ini, yang selalu menyalakan semangatku.
            Bel masuk pun berbunyi pada pukul 10.40. Sesuai dengan amanat Ustad Feri, kami belajar di masjid. Beliau membagi kelompok belajar berdasarkan surat yang dihafal. Aku bergabung bersama Ranita, Saras, Suci, Safa, dan Ina. Dengan kompak kami menghafal surat Al-Qiyamah ayat demi ayat.
            Tanpa terasa waktu habis. Kami harus kembali ke kelas untuk belajar Matematika. Hari ini kami memasuki materi baru, ‘Statistic dan Peluang’. Ustad Idris menerangkan sampai kami benar-benar paham. Saat waktu salat Zuhur tiba, kami break sejenak untuk ‘ishoma’. Setelah pukul 14.10 kami kembali melanjutkan pelajaran.
            Beberapa menit sebelum bel masuk, para siswi 9D sudah berada di kelas. Kurasa Ustad Idris tahu benar betapa penatnya kami. Beliau menyuruh kami untuk berdiri, lalu mengajak berjoget diiringi lagu ‘Abang Gorengan’ sambil bernyanyi. Pokoknya seru deh! Meskipun kebanyakan dari kami rada jaim gitu...
            Abang gorengan
            Jual tahu tempe
            Bakwan, pisang ade…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Jam pelajaran berakhir pada pukul 15.30. Saat teman-temanku salat Ashar, aku menuju ke meja wali kelas untuk memastikan bahwa buku tugas Bahasa Indonesiaku yang kemarin sudah dikumpulkan, ada di meja itu. Tapi ternyata tidak! Aku heran, mengapa buku tugas BI selalu lenyap entah kemana setiap aku mengumpulkannya di meja itu. Padahal aku yakin buku itu sudah kuletakkan di meja itu. Aku kesal. Tapi… Ya sudahlah! Apa boleh buat, lagi-lagi aku harus dua kali kerja, mengerjakan tugas yang sudah kukerjakan.
           
Sore harinya…
            Hari ini jadwal kami untuk les English. Hujan turun dengan lebatnya. Diantara kami ada yang mengobrol di teras, ada yang duduk-duduk, ada juga yang sedang mengerjakan tugas yang Ustad Ilyas berikan berikan minggu lalu yang mestinya sudah dikerjakan. Karena suka iseng, aku pun iseng-iseng menulis kutipan lirik lagu Ipank, ‘Sahabat Kecil’. Berhubung sore itu hujan, aku tulis di whiteboard, “Belum jua berakhir… Hujan di sore ini… (Ipank).”
            Waktu hampir menunjukkan pukul 16.15, namun Ustad Ilyas belum datang juga sehingga aku dan Dillah terpanggil hatinya untuk memanggil beliau di ruang guru.
            Setelah itu aku mengajak teman-teman untuk masuk kelas dan menunggu Ustad Ilyas datang. Dan akhirnya beliau datang juga. Sebelum memulai pelajaran beliau mengajak kami bernyanyi setelah melihat tulisan yang aku tulis di papan tulis tadi. Kata Ustad Ilyas, itu adalah salah satu lagu favorit Ustad Ilyas. Beliau agak malu-malu saat murid-murid memaksanya untuk bernyanyi.
            “Tapi nyanyinya sama-sama ya. Yang tahu lagunya ikutan nyanyi,” ajak Ustad Ilyas.
            Meskipun awalnya menolak untuk bernyanyi bersama, akhirnya beberapa diantara kami, termasuk aku pun ikut bernyanyi.
 bersamamu kuhabiskan waktu
 senang bisa mengenal dirimu
rasanya semua begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya…
            Hujan belum juga berakhir, sesuai dengan lagu yang baru saja kami nyanyikan. Akhirnya kami kembali ke pembelajaran, membahas soal yang Ustad berikan sampai nomor 35 dari 50 soal. Setiap siswi diberi giliran untuk membacakan dan menjawab satu soal, tapi aku tidak.
            Hujan masih saja turun hingga aku dan teman-teman pulang ke rumah.       
                        Hari ini indah… J
***


Hari ke-18 di bulan Oktober…
            Usai salat Zuhur, aku kembali menyibukkan diri membuat kerangka karya tulis untuk dilombakan. Rayna, Airin, dan Zhie juga ikut serta dalam perlombaan ini.
            Zhie datang menghampiriku dengan wajah cemberut. “Lagi ngapain Al? Nyusun karya tulis ya? Berenti aja deh, ngurusin yang begituan! Kata Ustad Ilyas, lomba KTI-nya nggak jadi! Batal! Tau nggak sih? Aku lagi kesal sama Ustad Ilyas!” ucapnya yang membuatku bingung.
            “Kenapa Zhie? Ada masalah apa lagi? Kenapa Ustad Ilyas?” tanyaku heran.
“Zhie cuma negur dia untuk menghidupkan suasana. Zhie cuma bercanda, eee… dia malah marah-marah sama Zhie. Siapa yang nggak kesal sih, kalo digituin!” Zhie mengungkapkan kekesalannya terhadap Ustad Ilyas kepadaku. Dia memaki dan menyumpahi Ustad Ilyas dihadapanku.
Lalu ia mengajakku, “Al, kita ngadem yuk! Maksudnya bukan cari tempat yang adem, tapi cari minuman yang adem-adem. Beli Honestea yuk,” aku pun mengikuti maunya, menemaninya membeli minuman, meskipun aku sedang berpuasa. Kuharap dia bisa sedikit lebih tenang.  
Zhie masih tetap mangkel. Aku berusaha menenangkannya. “Sabar ya Zhie, maklumin aja. Beliau memang kaya gitu. Mungkin dia lagi ada masalah. Mestinya kita ngerti dong.”
“Masalah sih masalah. Tapi kan gak harus aku yang jadi sasarannya!” Rupanya Zhie benar-benar kesal.
“Tapi aku yakin, apa yang kamu ucapkan itu hanya luapan emosi kamu. Hanya emosi sesaat. Ustad Ilyas kan udah kaya ortu kita sendiri. Biasanya selama ini, semarah apa pun kamu sama beliau, ujung-ujungnya juga pasti baikan lagi kok. Aku rasa Ustad Ilyas juga nggak bermaksud bersikap kaya gitu sama kamu. Ustad tadi ngomongnya nggak dari hati nurani. Begitu juga dengan kekesalan kamu,” aku mencoba meyakinkan.
“Enggak, Alya…!” Zhie tetap bersikeras atas apa yang ia yakini. Aku tahu dia hanya sedang dikuasai emosi.
***

Esoknya lagi…
            Hari ini kudapati Zhie absen karena sakit. Kemarin dia mimisan setelah marah-marah. Mungkin dia demam karenanya. Padahal hari ini ada ulangan Biologi untuk bab ‘Sistem Saraf dan Indera pada Manusia’.
            Setelah belajar Biologi, kami belajar Qur’an bersama Ustad Feri di perpustakaan. Hati-hati ini terasa begitu damai saat mendengarkan lantunan murattal surat Al-Mursalat dan Al-Insan sambil ikut melantunkannya. Ina pun mengungkapkan hal yang sama padaku. Seakan angin ikut memuji keagungan-Nya.

Hari ini juga indah…

Tuesday, September 11, 2012

Perayaan 1000 TOTAL PAGE VIEWS

hmm..
akhirnya,...sodara-sodara...

blog saya berhasil mencapai 1000 page views...Taraaaaaaammmmmmmmmmmmmmm.....(loncat-loncat happy smile and shout!) 

Alhamdulillah...ini berarti sudah ada viewer yang setia nongkrongin postingan-postingan saya yang kadang rada gaje dan sok nyastra dan sok puitis...hihihi

makasih ya sodara sodari...
tetap rajin view and baca ya..
insyaALLAh banyak manfaatnya kok untuk anda-anda semua.

thank you

DIA . (MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2


DIA .
(MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2

Perempuan tua nan sederhana itu...
Kini mulai merapuh daya tubuhnya...
Telah Tuhan ambil setengah nikmat berjalannya...
Sempat Tuhan ambil pula nikmat bicaranya....
Sebelah kanan tubuhnya, kini setengah tak berdaya...
Agak lunglai jemari kokohnya kini...

Belum itu saja,..
Ketika ubannya makin menipis dan berkurang helainya,
Tuhan beri pula ia kanker payudara...
Yang ini Sebelah kiri...

Ibuku,
Wanita super perkasa ku dulu...
Kini tak sekuat dulu lagi..
Fisiknya,..
Namun aku yakin tidak hatinya...
Sering kulihat dia berusaha
Sembunyikan perih lewat senyumnya...
Lewat kata pedas nan selalu kurindu saah ku jauh...

Dia tetaplah wanita sederhana nan perkasa
Jagoan kami...
Dia tetap tanamkan pada kami,,..
Betapa pendidikan dan ilmu yang baik adalah warisan yang paling berharga bagi kami..

Di sela perihnya yang ia rintihkan secara perlahan di tengah malam sunyi..
Sambil harap kami tak tahu,..agar senyum kami tak hilang di hadapannya....

Ibu, amak,..itu panggil sayangku padamu.,
Aku tahu perihmu,..
Aku sadar rintihmu...dalam sunyi usaha lirih sembunyi-sembunyi...
Aku tahu ibu,..
Dan tahukah engkau,...doaku..
Agar  Tuhan tukar aku saja yang ada di posisimu...
Aku rela, dengan stroke, dengan hipertensi, dan kanker itu...
Aku rela ibu..

Maafkan aku ibu, belum mampu kuberi emas dan perhiasan padamu...
Belum mampu banggakanmu dengan seragam biru
Dan jabatan tinggi yang kata dunia begitu bermutu..
Maafkan anakmu ini ibu,.
Namun tuhan tahu, dan aku yakin akan itu..
Di sela lirih tangis sepertiga malam
 dan lima kali salam wajibku pada tuhanku..
ku untai sejuta harap dan doa untuk kebaikanmu...
Hanya do’a terbaik disetiap helai nafasku
 untukmu...

Begitu sayang tuhan padamu ibu,..
Hingga Ia uji dengan sejuta perih...

Dan aku tahu,, kau tak pernah hujat tuhan atas deritamu...
Karena kau wanita perkasaku...
Jagoan terbaik diatas semua superhero...

Ibuku,..
Siang ini aku akan temuimu..
Cium wajah dan punggung tanganmu....
Segurat kecil tanda baktiku..



(11 September 2012, Untuk amak yang terbaring menanti operasi di RSUD Argamakmur. Sungguh cinta kami pada amak jauh lebih tinggi dan lebih dalam dari kalimat dan bakti kami, semoga ALLAH senantiasa menjaga amak)