Hei, it's December 28th,..
Hmm, tak terasa ya, just beberapa puluh jam menuju tahun yang baru...
2013..
hayo refleksi, sudah seperti apakah tahun ini sayang?
indah? suram? galau? happy? Sedih? menyebalkan? flat? atau amazing?....
Sudahlah,.
mungkin sudah banyak tangis tertumpah,
atau telah terlalu pula tawa berlebih melimpah ruah..
atau,,,.
jika kau merasa tahun ini biasa saja,
tahun 2012 pada akhirnya harus berlalu...
karena adeknya sdh siap nongol beberapa hari kedepan.
Evaluasi ya..
bahasa agamanya, MUHASABAH ya...
sudah sebermanfaat apakah kamu ditahun ini?
sudah seberapa beruntungkah kamu jika dibanding tahun yang lalu (2011)?
sudah seberapa langkahkah kamu maju? melangkah dan berlari?
atau sudah sekuat apakah kamu bertahan dalam pedih, meski kamu mesti merayap dalam tertatih...
Muhasabah juga..
apakah kamu sudah dekat dengan sang penciptamu di tahun ini?
apakah kamu sudah mencintainya dalam laku lebih dari kamu mencintai dunia?
Atau jangan-jangan, dalam tak sadarmu kamu malah lebih mencintai musuh-musuhNYA? Musuh-musuh TUHANMU?
Dan..ini juga tak kalah pentingnya,,
Tata kembali hatimu, dan bersiaplah dengan usaha untuk tahun yang baru..
Usaha pembuktian pada dirimu sendiri,
pembuktian pada semua yang sayang atau benci padamu...
pembuktian bahwa kamu bisa membuat mereka yang meyayangimu semakin sayang dan tersenyum bahagia untukmu,
Pembuktian bahwa kamu bisa membalik opini yang membencimu menjadi kekaguman tersurat yang selama ini dengan sekuat tenaga mereka samarkan dibalik tirai kebenciannya padamu...
Pembuktian BAHWA KAMU BISA JADI SOSOK YANG LEBIH BAIK, LEBIH KUAT, DAN LEBIH POSITIF....
itu saja sayang..
muhasabah akhir tahun ini,
semoga kita sepakat, bahwa kita akan berusaha sekuat tenaga menjadi sosok yang lebih baik ditahun depan,
menjadi sosok yang lebih beruntung.
Karena yang beruntung itu adalah yang hidupnya, akhlaknya, dan upayanya, lebih baik..
Bila Lidah tak mampu lagi berucap,berilah ruang untuk kata dan tinta bercerita.kisah hidup penuh hikmah.semoga bermanfaat.
Friday, December 28, 2012
Saturday, October 20, 2012
Kesungguhan Sang Putra
Kesungguhan Sang Putra
“Ya Allah..
Tlg lancarknlah sgala urusan ku..
Sm0ga slama 4 tahun aku kuliah ,, aku dapat melaksanakan sgala tata tertib nya dengan baik ya Allah ..
Amiiinn ...”
“Perjalanan panjang ..”
“Jadwal pagi ni.
Bangun pagi,
Siap" Tahajudan, Sholat Shubuh, Brangkt Ospek”
“Perjuangan demi Kesuksesan dimasa depan ..
Amiin.”
“SEBI is The Best !!!”
“SEBI is School Of Islamic Economics ..”
“Allahu Akbar !!!
Tegakkanlah Islam !!!”
Itulah kata-kata yang ditulis di akun Facebook-nya. Beberapa hari terakhir ini aku sengaja mengikuti. Sepertinya curahan hati yang dalam, penuh makna, menunjukkan suasana kesungguhan. Akupun yang membacanya seakan terbawa emosi, seakan ikut larut pada suasana hatinya. Sebab selama ini aku tahu persis, kondisi seorang Nurahman Saputra (Putra).
Ia anak muda seperti kebanyakan, setelah lulus SMU ingin melanjutkan ke jenjang kuliah. Tetapi tidak dengan perjuangan untuk kebutuhan biaya sekolahnya. Terutama Ibunya, yang hanya seorang Janda dengan dua anak laki-lakinya. Ditinggalkan tanpa dinafkahi oleh Suaminya, ketika Putra masih berumur sekitar 5 tahun. Sejak itu pula Ibunya harus bekerja, membanting tulang sendirian, untuk keperluan hidup dan membesarkan kedua anaknya.
Ibunya terhitung masih saudara dengan istriku, karena ia sepupuan dengan Almarhum Bapak istriku. Tinggal mengontrak di dekat rumah. Ruangan dengan dua petak itu, seakan menjadi tempat terindah bagi mereka bertiga, menjadi tempat berteduh, bercengkerama, bahkan menemani tidur malam mereka, setelah masing-masing lelah menjalani kesehariannya.
Ibunya hampir tiap hari meninggalkan rumah, berkeliling dari rumah ke rumah, dari Saudara ke Saudara, bahkan kadang harus menginap karena jauhnya perjalanan. Untuk menawarkan jasa refleksi atau rias kecantikannya. Pijat refleksi, urut, lulur, atau potong rambut adalah keahliannya. Alhamdulillah… masih ada skill, sehingga ada penghasilan. Walaupun kadang-kadang tidak cukup untuk keperluan makan, uang kontrakan, atau biaya sekolah kedua anaknya. Belum lagi kalau penyakit asmanya kambuh, badannya menjadi lemas, lunglai, tak berdaya maka Ibunya hanya bisa berdiam di rumah.
Untungnya kedua anaknya tidaklah manja. Putra misalnya, Ia pun mempunyai keahlian yang sama dengan Ibunya, yaitu pijat refleksi. Untuk menambah uang saku Ia sering menawarkan jasa refleksinya. Termasuk ke aku, Ia sering memijat refleksi. Aku tahu…, ketika Ia mengirim SMS ke HP Istri aku atau ke aku menawarkan refleksinya, artinya ia sedang ada perlu biaya lebih. Baik untuk keperluan sekolah lainnya, atau ongkos naik angkot ke sekolah. Atau untuk membeli pulsa, dari HP yang ia peroleh dari hasil membantu pekerjaan di rumah Saudara yang lain, selama liburan sekolah. Disaat anak sekolah yang lain menghabiskan liburannya untuk bermain. Putra memilih bekerja, apa saja yang bisa dikerjakan, maka tak segan Ia lakukan, pekerjaan rumah tangga sekalipun.
Adiknya Putra juga demikian, Fery, kelas 2 SMK, ke sekolah naik sepeda. Untuk menghemat ongkos katanya. Karena sekolahnya siang, maka setiap pagi Ia membantu-bantu dulu di rumahku. Entah itu menjemur, mencuci motor, membersihkan tanaman, atau menyapu. Ia cukup senang punya uang dari hasil keringatnya sendiri. Atau kadang-kadang Fery ikut menemani anak-anakku bermain, ketika istriku juga sedang ada keperluan keluar rumah. Dari uangnya itu, Fery juga memelihara ayam kampung. Yang sekarang sudah beranak-pinak cukup banyak.
Awalnya setelah lulus SMK tahun ini, Putra bertekad bulat untuk bekerja. Membantu perekonomian keluarganya, mencari tambahan uang, karena memang Ibunya juga sudah berumur, badannya sudah tidak cukup kuat lagi bekerja. Putra banyak mencari informasi lowongan pekerjaan. Tidak sedikit lamaran pekerjaan Ia kirimkan. Pernah interview walaupun cukup jauh tempatnya, ia jalani. Sayang keberuntungan belum berpihak, sehingga tidak lolos diterima untuk bekerja.
Disela-sela memijat refleksi, aku menawarkan untuk kuliah beasiswa di SEBI. Kebetulan ada seorang ikhwan disana yang aku kenal, menawarkan program bea siswa dari salah satu Bank Pemerintah, untuk bersekolah di kampus ini. Syaratnya adalah cukup ada rekomendasi dari kader, dan tentunya dengan syarat akademik lainnya. Semula Putra tidak mau, ia tetap ingin bekerja. Tetapi setelah aku yakinkan tentang perlunya ‘orang yang berpendidikan itu lebih mulia’ maka ia mau mencoba ikut ujian seleksinya.
“Untuk biaya ujiannya… Mas bantu deh…” Demikian aku menyemangati Putra untuk ikut mencoba ujian seleksi.
Setelah melihat syarat-syaratnya di Internet, Putra bersungguh-sungguhnya untuk mencoba, termasuk sering bertanya tentang soal-soal yang nantinya kira-kira akan diujikan. Karena tahap ujiannya cukup banyak. Psikotes, ujian tulis, tes baca qur’an, dan terakhir wawancara. Untuk sementara beberapa panggilan interview ia tinggalkan, karena memilih fokus untuk ikut ujian.
Ujian psikotes lulus, berikutnya ujian tulis. Pada saat ini, aku sempat menghubungi rekan ikhwan yang ada di kampus itu. Rekanku mengatakan… Alhamdulillah, nilainya tinggi, ia lolos. Berita ini aku sampaikan ke Istri, lalu istri menyampaikan ke Ibunya, dia langsung bersujud syukur. Tetapi aku berpesan, supaya jangan diberitahukan dulu ke Putra, karena pengumuman resminya baru hari besoknya. Ibunya menangis gembira…
Tinggal menunuggu tes terakhir yaitu wawancara. Wawancara ini untuk menentukan besarnya beasiswa, sebab tidak semuanya memperoleh beasiswa 100%, ada yang 75%, atau 50%, tergantung nanti dari hasil tes wawancara dengan pihak user.
Ada pemberitahuan ke Putra, wawancara dengan salah satu Durektur Bank Pemerintah penyedia beasiswa tersebut. Hatinya berdegub kencang. Tidak menyangka harus berhadapan dengan seorang Direktur Bank. Sesuatu yang belum pernah dialami sebelumnya, maka membuat hatinya berdegub kencang.
Hari-hari menunggu wawancara, Putra sering main ke rumahku. Aku berpesan, bahwa saat wawancara nanti, usahakan tenang, rileks, jujur, dan apa adanya saja. Ungkapkan juga bahwa, kalau Putra tidak dapat beasiswa yang 100%, maka Ia memilih bekerja saja. Sebab, Ibunya juga mewanti-wanti tidak akan sanggup menanggung sisa biaya kuliahnya, kalau tidak ditanggung 100%.
Hasil wawancara, Putra lolos untuk yang memperoleh beasiswa 100%. Ia termasuk dari 40 orang yang dapat beasiswa penuh. Maka…, dengan rasa syukur Ia menyambut kenikmatan itu. Dan sejak itu Ia bertekad ingin menjadi orang yang berpendidikan, yang ingin membahagiakan Ibunya.
Dan terakhir, sebelum mengikuti ospek di kampusnya kemarin. Putra mengirim SMS ke HP istri saya, mohon izin, restu dari Istri dan Aku untuk mulai kuliah besoknya. Karena program kuliahnya yang mengharuskan menginap di asrama kampus, maka lama nanti tidak bertemu dengan kami. Termasuk, karena juga harus mengelola keuangan di salah satu masjid yang ada disekitar kampus. Dan dari mengelola keuangan masjid itu, maka mendapat uang saku setiap bulannya.
Akupun memberi komentar di salah satu status di Facebook-nya…
“Bersungguh2lah Putra, Mas turut berdo’a… “
Dan dijawab oleh Putra,
“Terima kasih Mas, atas smua kebaikannya…”
Jakarta, 20 September 2011
Abu Fathi
COPAS dari Sumber yang bermanfaat : http://halik-amin.blogspot.com/2012/03/kesungguhan-sang-putra.html
Wednesday, October 17, 2012
orkestra melankolis
Andaikan bulan bisa ngomong
mungkin dia tidak hanya akan ngomong tapi tertawa..
terbahak-bahak...
menertawai ku yang keras kepala....
menertawaiku yang idealis
menertawai ku yang bergelora
menertawaiku dengan segala lemahku
andaikan bulan bisa bicara....
andaikan bulan bisa menulis,
mungkin sudah penuh halaman beranda langit malam..
dengan kalimat kalimat tentangku
yang selalu sok teguh
yang selalu sok kokoh
yang selalu sok tegar
tapi syukurlah bulan tidak bisa melakukan dua hal itu...
syukurlah..
cukuplah manusia saja.
cukuplah mereka.
mungkin dia tidak hanya akan ngomong tapi tertawa..
terbahak-bahak...
menertawai ku yang keras kepala....
menertawaiku yang idealis
menertawai ku yang bergelora
menertawaiku dengan segala lemahku
andaikan bulan bisa bicara....
andaikan bulan bisa menulis,
mungkin sudah penuh halaman beranda langit malam..
dengan kalimat kalimat tentangku
yang selalu sok teguh
yang selalu sok kokoh
yang selalu sok tegar
tapi syukurlah bulan tidak bisa melakukan dua hal itu...
syukurlah..
cukuplah manusia saja.
cukuplah mereka.
Sakit kah?
Rabu, 17 Oktober 2012..
Sengaja nggak masuk.
sudah izin sih.
Demam.
tadi malam.
sakit kepala, kemaren petang.
kaget, kemaren pagi.
agak sakit hati kemaren sore
kecewa
kemaren petang.
enggan.
pagi ini.
Sengaja nggak masuk.
sudah izin sih.
Demam.
tadi malam.
sakit kepala, kemaren petang.
kaget, kemaren pagi.
agak sakit hati kemaren sore
kecewa
kemaren petang.
enggan.
pagi ini.
Thursday, October 4, 2012
Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang
Budaya Negatif Orang Indonesia Menurut Orang Jepang
Prof Nagano, staf pengajar Nihon University memberikan kuliahintensive course dalam bidang Asian Agriculturedi IDEC Hiroshima
University.
Beliau sering menjadi konsultan pertanian di negara-negara Asia
termasuk Indonesia. Ada beberapa hal yang menggelitik yang
utarakannya sewaktu membahas tentang Indonesia:
1.Orang Indonesia suka rapat dan membentuk panitia macam-macam.
Setiap ada kegiatan selalu di rapatkan dulu, tentunya dengan
konsumsinya sekalian. Setelah rapat perlu dibentuk panitia kemudian
diskusi berulang kali,saling kritik, dan merasa idenya yang paling
benar dan akhirnya pelaksanaan tertunda-tunda padahal tujuannya
program tersebut sebetulnya baik.
2. Budaya Jam Karet
Selain dari beliau, saya sudah beberapa kali bertemu dengan orang
asing yang pernah ke Indonesia. Ketika saya tanya kebudayaan apa yang
menurut anda terkenal dari Indonesia dengan spontan mereka jawab :
Jam Karet! Saya tertawa tapi sebetulnya malu dalam hati.Sudah
sebegitu parahkah disiplin kita?
3. Kalau bisa dikerjakan besok kenapa tidak (?)
Kalau orang lain berprinsip kalau bisa dikerjakansekarang kenapa
ditunda besok? Saya pernah malu juga oleh tudingan Sensei saya
sendiri tentang orang Indonesia. Beliau mengatakan, Orang Indonesia
mempunyai budaya menunda-nunda pekerjaan.
4. Umumnya tidak mau turun ke Lapangan
Beliau mencontohkan ketika dia mau memberikan pelatihan kepada para
petani, pendampingnya dari direktorat pertanian datang dengan safari
lengkap padahal beliau sudah datang dengan work wear beserta sepatu
boot.
Pejabat tersebut hanya memberikan petunjuk tanpa bisa turun ke
lapang, kenapa? Karena mereka datangnya pakai safari dan ada yang
berdasi. Begitulah beliau menggambarkan orang Indonesia yang hebat
sekali dalam bicara dan memberikan instruksi tapi jarang yang mau
turun langsung ke lapangan.
Saya hanya ingin mengingatkan bahwa kita sudah terlalu sering dinina-
bobokan oleh istilah indonesia kaya,masyarakatnya suka gotong royong,
ada pancasila,agamanya kuat, dan lain-lain.Dan itu hanyalah istilah,
kenyataannya bisa kita lihat sendiri.
Ternyata negarakita hancur-hancuran, bahkan susah
untuk recovery lagi, mana sifat gotong royong yang membuat negara
seperti Korea, bisa bangkit kembali. Kita selalu senang dengan
istilah tanpa action. Kita terlalu banyak diskusi,saling lontar ide,
kritik, akhirnya waktu terbuang percuma tanpa action. Karena belum
apa-apa sudah ramai duluan.
Kapan kita akan sadar dan intropeksi akan kekurangan-kekurang an kita
dan tidak selalu menjelek-jelekkan orang lain? Selama itu belum
terjawab kita akan terus seperti ini, menjadi negara yang katanya
sudah mencapai titik minimal untuk disebut negara beradab dan tetap
terbelakang disegala bidang.
Mudah-mudahan pernyataan beliau menjadi peringatan bagi kita semua,
terutama saya pribadi agar bisa lebih banyak belajar dan mampu
merubah diri untuk menjadi yang lebih baik.
Semoga kita bisa memperbaiki Citra ini dengan sikap 3 M (mulai dari diri sendiri, mulai dari sekarang dan mulai dari yang terkecil).
MUHAMMAD ASEP ZAELANI,
Mahasiswa S-2 Ekonomi Islam Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung
asep.bdg@pnm.co.id
Sumber : http://lateralbandung.wordpress.com/2007/07/26/budaya-negatif-orang-indonesia-menurut-orang-jepang/
Friday, September 28, 2012
MEMETIK HIKMAH
MEMETIK HIKMAH
Dear
readers..
Hmm.
Malam jum’at.
21.45
WIB.
Siap-siap
tidur.
Sambil
mendengarkan mp3 yang randomly played di Laptop saya, tiba-tiba saja ingin
mengutak-atik atau mengetuk-ngetuk barisan huruf di bawah monitor laptop.
Hmm...beberapa
hari belakangan ini ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya petik dari
kehidupan saya pribadi.
Walau
sekedar oret-oret, berikut ini beberapa pelajaran dan hikmah berharga yang bisa
saya ambil dari seabrek peristiwa dwi minggu belakangan ini:
1.
Sabar.
Kenapa sabar? Karena memang beberapa hari ini kesabaran
saya sepertinya sungguh sedang di uji oleh ALLAH SWT. Nyaris setiap hari ada
saja ulah murid-murid yang memancing rasa kesal dan nyerempet nyerempet kearah
kemarahan. Mulai dari ribut saat pembelajaran, berantem (berkelahi) dan
lainnya. Tapi Alhamdulillah, meski kadang sempat gusar, saat semestinya (maksud
saya “biasanyaJ ) saya marah, saya masih bisa menahan emosi agar tidak
meledak..Alhamdulillah..
2.
Bersyukur..
Dengan begitu banyak problema yang saya hadapi (baik dalam
dunia kerja maupun kehidupan pribadi), satu-satunya pilihan terbaik bagi saya
hanyalah bersyukur. Bersyukur karena emang itu pilihan terbaik, dibanding
menyesali diri dan menyalahkan tuhan. J
3.
Kuatkan diri..
Ohya, dalam jangka waktu dua pekan belakangan ini, keluarga
saya sedang di uji oleh ALLAH SWT. Ibu saya pada akhirnya harus menjalani
operasi pengangkatan tumor payudara yang membengkakkan dada sebelah kirinya.
Selama kurang lebih sekitar 9 hari (saya lupa jumlah harinya) ibu saya harus di
inapkan di rumah sakit. Selama itu pula kami sekeluarga menjaganya di rumah
sakit, mulai dari tahap observasi hingga masa operasi. Dan ada satu moment yang
sungguh menuntut kekuatan hati, Yaitu ketika saya dan dua kakak perempuan saya
harus memegang ibu yang meronta-ronta karena sakit setelah operasi. Ibu yang
masih dalam kondisi belum sadar penuh akibat
pengaruh bius total saat operasi, berteriak-teriak kesakitan. Dan saya
satu-satunya anak laki-laki yang mau tidak mau harus menguatkan hati saya menguatkan
ibu. Sungguh sebenarnya saya jauh dari tega dan sangat tidak kuat melihat ibu
menangis dan meronta sakit seperti itu, namun harus saya kuatkan. Dan
Alhamdulillah saya tidak menangis di depan ibu. Meski akhirnya air mata saya
tumpah juga di luar ruangan/bangsal rumah sakit ( Saya berlari keluar ruangan
beberapa detik untuk membiarkan airmata saya tumpah dan menyekanya, kemudian
berpura-pura kuat kembali didepan ibu). Sungguh dramatis saat itu. Saya sempat
berpikir bahwa ini adalah akhir. Namun dokter dan para perawat menguatkan. Kata
mereka itu pengaruh obat bius. Entah itu hanya di ucapkan untuk memberi kami
semua kekuatan atau tidak, yang jelas saya dan kakak-kakak saya harus kuat dan
siap dengan segala kemungkinan. Saya juga harus menguatkan diri melihat
gumpalan daging yang diangkat dari tubuh ibu, saat berhadapan dengan dokter dan
asistennya. Kata mereka kemungkinan tumornya ganas. Oleh karena itu semua
daging yang diangkat akan dikirim ke Bandung untuk di uji laboratorium agar
bisa di ketahui apakah ini memang tumor ganas atau jinak. Namun saya
berprasangka positif saja, sekali lagi untuk menguatkan hati, dan sekaligus
berharap hasil lab nantinya bahwa ini tumor jinak.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan dari semua itu, saya pun menyimpulkan bahwa seberat
apapun ujian dari tuhan, kita mestilah kuat menghadapinya. Karena ALLAH SWT
tidak membebani kita dengan apa yang tidak mampu kita hadapi, meski pada
akhirnya keputusanNYA lah yang berlaku atas semua makhlukNya.
4.
Jangan menghilangkan
senyum seharipun dari wajahmu.
Ini pelajaran atau hikmah terakhir yang saya share malam
ini. Meski sekuat apapun ujian dan penderitaan, kita tetap mesti harus
tersenyum. Bukankah kebahagiaan
kebahagiaan besar di mulai dari senyum kecil? Meski kadang senyum itu harus dipaksakan...
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan canda tawa dari murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan canda tawa dari murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.
Semoga kita semua bisa memetik hikmah dari hasil ketukan
tuts saya kali ini.
Udem yoo... itu dulu malam ini,, kapan kapan kita lanjut
lagi. J
Bed time is coming.
Selamat malam.
Waswb.
Friday, September 21, 2012
Empat tahun sudah (Sambut my 4th aniversary with my school, place i work for)
Empat tahun sudah
langkah kaki ini tertapak
di gedung tiga perempat kotak
empat tahun sudah
hati ini terpaut
pada kasih sahabat hijau
empat tahun sudah
meniti mimpi bersama jamaah
para pejuang ilmu nurjannah
empat tahun sudah
banyak kata dan laku terpurna
menjadi saksi juang tanpa kenal lelah
pagi siang malam bahkan dalam setiap nafas yang bersemayam
empat tahun sudah
di istana hijau aku berdiri berjalan berputar berlari
bersama ratusan senyum canda para musafir ilmu
hmm,..
empat tahun sudah,
terasa masih sedikit yang kulakukan untuk dakwah fardiyah ini
empat tahun sudah menjadi guru
empat tahun sudah menjadi guru swasta
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan nan menuntut gunungan keikhlasan
empat tahun sudah aku disini
di sekolah tercinta terpaut dihati...
langkah kaki ini tertapak
di gedung tiga perempat kotak
empat tahun sudah
hati ini terpaut
pada kasih sahabat hijau
empat tahun sudah
meniti mimpi bersama jamaah
para pejuang ilmu nurjannah
empat tahun sudah
banyak kata dan laku terpurna
menjadi saksi juang tanpa kenal lelah
pagi siang malam bahkan dalam setiap nafas yang bersemayam
empat tahun sudah
di istana hijau aku berdiri berjalan berputar berlari
bersama ratusan senyum canda para musafir ilmu
hmm,..
empat tahun sudah,
terasa masih sedikit yang kulakukan untuk dakwah fardiyah ini
empat tahun sudah menjadi guru
empat tahun sudah menjadi guru swasta
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan nan menuntut gunungan keikhlasan
empat tahun sudah aku disini
di sekolah tercinta terpaut dihati...
Monday, September 17, 2012
SEPENGGAL KISAH SEDERHANA (sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)
eheem...ini nih,,,setelah dua tahun mendekam dalam komputer saya,,,maka hari ini,,,izinkanlah saya untuk mem-publish kisah inspiratif berikut ini.
Ohya, ini bukan karya saya, tapi karya salah satu murid terbaik yang pernah saya kenal, ASYIFAUL FADIYAH, angkatan 4 SMPIT IQRA' kota bengkulu.
Awalnya ini note mau saya jadiin salah satu isi dalam KUNOPATH (KUMPULAN NOTE ANGKATAN EMPATH), tapi karena suatu dan lain hal, rencana cetak hard copynya d tunda hingga waktu yang tak di tentukan..:-)
untuk sebuah mini note bikinan anak SMP, menurut saya ini sudah bagus dan lumayan dahsyat. Dari setting cerita dan beberapa tokoh yang disamarkan namanya, sepertinya ini kisah nyata, kisah selama belajar di SMPIT IQRA' kota Bengkulu.
selama membaca.
Ohya, ini bukan karya saya, tapi karya salah satu murid terbaik yang pernah saya kenal, ASYIFAUL FADIYAH, angkatan 4 SMPIT IQRA' kota bengkulu.
Awalnya ini note mau saya jadiin salah satu isi dalam KUNOPATH (KUMPULAN NOTE ANGKATAN EMPATH), tapi karena suatu dan lain hal, rencana cetak hard copynya d tunda hingga waktu yang tak di tentukan..:-)
untuk sebuah mini note bikinan anak SMP, menurut saya ini sudah bagus dan lumayan dahsyat. Dari setting cerita dan beberapa tokoh yang disamarkan namanya, sepertinya ini kisah nyata, kisah selama belajar di SMPIT IQRA' kota Bengkulu.
selama membaca.
SEPENGGAL KISAH SEDERHANA
(sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul
Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)
Pukul 07.05, aku sudah selesai salat
Dhuha. Aku segera bergegas mengambil topi dan memakai sepatu. Seperti hari
Senin biasanya, aku mengikuti upacara bendera di sekolahku, SMP IT Al-Insan.
Sepuluh menit lagi upacara dimulai. Tanpa banyak basa-basi aku langsung menuju
ke lapangan dan berbaris. Aku tidak ingin Ustad Ilyas marah hanya karena
murid-murid susah diatur.
Upacara
berjalan lancar. Ada yang berbeda di hari keempat bulan Oktober ini. Baru kali
ini upacara bendera berakhir tepat waktu, pukul 07.45. Padahal biasanya sedikit
terlambat, sehingga waktu untuk jam pelajaran pertama di kelasku, yaitu TIK
terpotong. Untuk pelajaran TIK kali ini, Ustad Ridwan menjelaskan materi
tentang ‘Sistem Jaringan Komputer’.
Pelajaran
TIK berakhir pada pukul 09.05. Selanjutnya English. Hari ini ada quiz untuk
materi ‘Types of Text in English’.
Setelah waktu mengerjakan soal habis, aku mengumpulkan lembar ulangan itu.
“Di
kelas ini ada yang nge-fans sama Justin Bieber nggak?” Tanya Ustad Ilyas dengan
basa-basi membicarakan gossip terheboh tentang JB yang katanya dia adalah
seorang kakek berusia 51 tahun , memiliki suara mirip remaja dan memakai
topeng.
“Ada
Tad,” jawab salah seorang temanku.
“Kasiaaan
deh, nge-fans sama datuk-datuk,” ejek Ustad Ilyas bercanda.
Bagi
para penggemar JB tentu tidak percaya akan hal itu dan mereka bilang itu hanya
gossip. Bodo amat! Terserah. Entah
dia kakek-kakek kek, om-om kek, balita kek, aku tak peduli. Siapa dia sih?!
Soalnya aku bukan penggemar JB.
Selanjutnya pelajaran
PAI. Kali ini jadwal presentasi artikel untuk kelompok satu: Zhie, Nira, Tika,
dan Zia yang membahas masalah gerakan salat. Aku dan teman-teman berdiskusi
dengan aktif bersama Ustazah Lutfi.
Setelah
pelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, aku segera mempersiapkan diri untuk
mata pelajaran berikutnya, Bahasa Indonesia. Kami diberi tugas untuk
mengerjakan latihan halaman 64. Dengan serius aku memahami isi bacaan cerpen
berjudul ‘Kunang-Kunang’ karya Hanna Rambe, lalu menjawab pertanyaan sesuai
teks.
Saat
aku membaca cerpen itu, mataku berkaca-kaca. Cerpen itu mengingatkan aku akan
study tour bulan Juli lalu. Penuh kenangan manis akan keakraban aku, para guru
dan teman-teman. Segera kuhapus air mataku, kukerjakan soal-soal itu sambil
menyanyikan lagu ‘Waka-Waka’ dengan lirih dari awal sampai akhir lagu.
Nira
yang mendengar aku bernyanyi dan kebetulan ia menyukai lagu yang kunyanyikan,
tiba-tiba mencolek lenganku. “Alya, aku jadi ingat waktu study tour…” katanya
kemudian.
“Sama,”
jawabku singkat sambil tersenyum sok manis. (He he…)
Usai
makan siang, aku kembali menyelesaikan tugas BI dengan tuntas lalu
mengumpulkannya. Kebetulan guru BI kami, Ustazah Sofi sedang pergi ke
Palembang, sehingga masih ada waktu kosong yang tersisa dan sayang untuk
disiakan. Daripada menganggur, aku lebih memilih mengerjakan tugas English
untuk les besok, hari Selasa. Ada 50 soal pilihan ganda yang harus dikerjakan
dan akan dibahas besok.
Aku mengerjakan paket soal itu di balik
loker bersama Sita. Sambil mengerjakan, aku dan Sita juga mengobrol sampai
teman-teman selesai salat Ashar. Kebetulan aku dan Sita tidak ikut salat.
Maklum, cewek…
Kami membicarakan tentang cerita masa-masa
saat kami masih duduk di kelas 7 dulu. Tentang kami dan teman-teman serta para
guru saat kami masih ‘ingusan’. Akhirnya, sebagian besar soal-soal sudah aku
kerjakan.
Waktu menunjukkan pukul
16.00. Seharusnya siswi kelas 9D les BI hari ini. Tapi berhubung Ustadzah Sofi
belum pulang dari Palembang, aku dan teman-teman sekelas dipulangkan ke rumah
masing-masing.
***
Keesokan
harinya…
Mata pelajaran pertama
untuk hari ini adalah Biologi. Tanggal 5 Oktober 2010 ini, di 9D ada ulangan
untuk materi ‘Sistem Reproduksi pada Manusia’. Setelah mengumpulkan ulangan,
aku dan teman-teman sekelas makan kue bolu dari Ara. Ara adalah seorang temanku
di kelas 9C yang berulang tahun hari Minggu lalu.
Setelah menghabiskan
kue itu, kami kembali ke PBM. Kali ini beralih ke materi baru, tentang ‘Sistem
Saraf pada Manusia’. Dengan seksama murid-murid memperhatikan penjelasan
Ustadzah Qonita dalam membahas soal. Tanpa terasa waktu habis, dan kami harus
mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, yakni Qur’an.
Pukul
10.25 bel sekolah berbunyi, menunjukkan waktu istirahat untuk para siswi. Sekarang
hari Selasa. Aku, Zia, Chika, Nana dan Nia piket kelas. Air di dispenser kelas
kami tinggal sedikit. Zia mengajakku membeli air gallon di kantin. Chika yang
membayarkan uangnya kepada penjaga kantin, sementara aku dan Zia yang
menggotongnya ke kelas.
Sesampainya di ruang
kelas, aku mengambil cutter dan Zia membuka tutup gallon dengan cutter itu. Lalu
Zia bersama Chika dan Nia menuangkan air gallon itu ke dispenser. Karena tidak
ada yang memegangi dispensernya, sebagian isi gallon tumpah mengenai tembok.
Akhirnya aku yang memegangi dispenser itu.
Waktu istirahat masih
tersisa beberapa menit lagi. Fathiya yang hari itu duduk sebangku denganku
meminta bantuanku untuk mengerjakan PR les English. Aku dan Fathiya berdiskusi.
Aku bantu Fathiya sebisaku, kuberitahu apa yang aku tahu.
Sebenarnya
aku bukanlah siswa yang berkompeten dalam English. Tapi English adalah mapel
yang paling aku sukai sejak SD. Yang membuat aku bersemangat adalah ketika dulu
aku suka menonton acara variety show ‘super-superan’ di Indosiar. Ivan Gunawan
sering bercakap-cakap dengan komentator lainnya dan juga para guest star ‘bule’
dengan bahasa Inggris. Lalu aku selalu membayangkan jika diriku ada di situ
bersama mereka, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Jadi kesannya
aku seperti orang o’on.
Itulah yang memacu semangatku untuk belajar English.
Terlebih lagi di SMP IT Al-Insan ini, Allah mempertemukanku dengan Ustazah
Dewi, Ustad Wawan, Ustad Anton, Ustad Ilyas, Ustazah Cahaya, dan Ustazah Rita.
Mereka adalah para guru Bahasa Inggris yang inspiratif yang pernah aku jumpai
di sekolah ini, yang selalu menyalakan semangatku.
Bel
masuk pun berbunyi pada pukul 10.40. Sesuai dengan amanat Ustad Feri, kami
belajar di masjid. Beliau membagi kelompok belajar berdasarkan surat yang dihafal.
Aku bergabung bersama Ranita, Saras, Suci, Safa, dan Ina. Dengan kompak kami
menghafal surat Al-Qiyamah ayat demi ayat.
Tanpa
terasa waktu habis. Kami harus kembali ke kelas untuk belajar Matematika. Hari
ini kami memasuki materi baru, ‘Statistic dan Peluang’. Ustad Idris menerangkan
sampai kami benar-benar paham. Saat waktu salat Zuhur tiba, kami break sejenak untuk
‘ishoma’. Setelah pukul 14.10 kami kembali melanjutkan pelajaran.
Beberapa
menit sebelum bel masuk, para siswi 9D sudah berada di kelas. Kurasa Ustad
Idris tahu benar betapa penatnya kami. Beliau menyuruh kami untuk berdiri, lalu
mengajak berjoget diiringi lagu ‘Abang Gorengan’ sambil bernyanyi. Pokoknya
seru deh! Meskipun kebanyakan dari kami rada jaim gitu...
Abang gorengan
Jual tahu tempe
Bakwan, pisang ade…
Cireng, ubi, kue bola…
Cireng, ubi, kue bola…
Cireng, ubi, kue bola…
Jam
pelajaran berakhir pada pukul 15.30. Saat teman-temanku salat Ashar, aku menuju
ke meja wali kelas untuk memastikan bahwa buku tugas Bahasa Indonesiaku yang
kemarin sudah dikumpulkan, ada di meja itu. Tapi ternyata tidak! Aku heran,
mengapa buku tugas BI selalu lenyap entah kemana setiap aku mengumpulkannya di
meja itu. Padahal aku yakin buku itu sudah kuletakkan di meja itu. Aku kesal.
Tapi… Ya sudahlah! Apa boleh buat, lagi-lagi aku harus dua kali kerja,
mengerjakan tugas yang sudah kukerjakan.
Sore harinya…
Hari
ini jadwal kami untuk les English. Hujan turun dengan lebatnya. Diantara kami
ada yang mengobrol di teras, ada yang duduk-duduk, ada juga yang sedang mengerjakan
tugas yang Ustad Ilyas berikan berikan minggu lalu yang mestinya sudah dikerjakan.
Karena suka iseng, aku pun iseng-iseng menulis kutipan lirik lagu Ipank,
‘Sahabat Kecil’. Berhubung sore itu hujan, aku tulis di whiteboard, “Belum jua
berakhir… Hujan di sore ini… (Ipank).”
Waktu
hampir menunjukkan pukul 16.15, namun Ustad Ilyas belum datang juga sehingga
aku dan Dillah terpanggil hatinya untuk memanggil beliau di ruang guru.
Setelah
itu aku mengajak teman-teman untuk masuk kelas dan menunggu Ustad Ilyas datang.
Dan akhirnya beliau datang juga. Sebelum memulai pelajaran beliau mengajak kami
bernyanyi setelah melihat tulisan yang aku tulis di papan tulis tadi. Kata
Ustad Ilyas, itu adalah salah satu lagu favorit Ustad Ilyas. Beliau agak
malu-malu saat murid-murid memaksanya untuk bernyanyi.
“Tapi
nyanyinya sama-sama ya. Yang tahu lagunya ikutan nyanyi,” ajak Ustad Ilyas.
Meskipun
awalnya menolak untuk bernyanyi bersama, akhirnya beberapa diantara kami,
termasuk aku pun ikut bernyanyi.
bersamamu kuhabiskan waktu
senang bisa mengenal dirimu
rasanya
semua begitu sempurna
sayang
untuk mengakhirinya…
Hujan
belum juga berakhir, sesuai dengan lagu yang baru saja kami nyanyikan. Akhirnya
kami kembali ke pembelajaran, membahas soal yang Ustad berikan sampai nomor 35
dari 50 soal. Setiap siswi diberi giliran untuk membacakan dan menjawab satu
soal, tapi aku tidak.
Hujan
masih saja turun hingga aku dan teman-teman pulang ke rumah.
Hari
ini indah… J
***
Hari ke-18 di
bulan Oktober…
Usai salat Zuhur, aku kembali
menyibukkan diri membuat kerangka karya tulis untuk dilombakan. Rayna, Airin,
dan Zhie juga ikut serta dalam perlombaan ini.
Zhie datang menghampiriku dengan
wajah cemberut. “Lagi ngapain Al? Nyusun karya tulis ya? Berenti aja deh,
ngurusin yang begituan! Kata Ustad Ilyas, lomba KTI-nya nggak jadi! Batal! Tau
nggak sih? Aku lagi kesal sama Ustad Ilyas!” ucapnya yang membuatku bingung.
“Kenapa Zhie? Ada masalah apa lagi?
Kenapa Ustad Ilyas?” tanyaku heran.
“Zhie
cuma negur dia untuk menghidupkan suasana. Zhie cuma bercanda, eee… dia malah
marah-marah sama Zhie. Siapa yang nggak kesal sih, kalo digituin!” Zhie
mengungkapkan kekesalannya terhadap Ustad Ilyas kepadaku. Dia memaki dan
menyumpahi Ustad Ilyas dihadapanku.
Lalu
ia mengajakku, “Al, kita ngadem yuk! Maksudnya bukan cari tempat yang adem,
tapi cari minuman yang adem-adem. Beli Honestea yuk,” aku pun mengikuti maunya,
menemaninya membeli minuman, meskipun aku sedang berpuasa. Kuharap dia bisa
sedikit lebih tenang.
Zhie
masih tetap mangkel. Aku berusaha menenangkannya. “Sabar ya Zhie, maklumin aja.
Beliau memang kaya gitu. Mungkin dia lagi ada masalah. Mestinya kita ngerti
dong.”
“Masalah
sih masalah. Tapi kan gak harus aku yang jadi sasarannya!” Rupanya Zhie
benar-benar kesal.
“Tapi
aku yakin, apa yang kamu ucapkan itu hanya luapan emosi kamu. Hanya emosi
sesaat. Ustad Ilyas kan udah kaya ortu kita sendiri. Biasanya selama ini,
semarah apa pun kamu sama beliau, ujung-ujungnya juga pasti baikan lagi kok. Aku
rasa Ustad Ilyas juga nggak bermaksud bersikap kaya gitu sama kamu. Ustad tadi
ngomongnya nggak dari hati nurani. Begitu juga dengan kekesalan kamu,” aku
mencoba meyakinkan.
“Enggak,
Alya…!” Zhie tetap bersikeras atas apa yang ia yakini. Aku tahu dia hanya
sedang dikuasai emosi.
***
Esoknya
lagi…
Hari ini kudapati Zhie absen karena
sakit. Kemarin dia mimisan setelah marah-marah. Mungkin dia demam karenanya.
Padahal hari ini ada ulangan Biologi untuk bab ‘Sistem Saraf dan Indera pada Manusia’.
Setelah belajar Biologi, kami belajar
Qur’an bersama Ustad Feri di perpustakaan. Hati-hati ini terasa begitu damai
saat mendengarkan lantunan murattal surat Al-Mursalat dan Al-Insan sambil ikut melantunkannya.
Ina pun mengungkapkan hal yang sama padaku. Seakan angin ikut memuji
keagungan-Nya.
Hari ini juga
indah…
Tuesday, September 11, 2012
Perayaan 1000 TOTAL PAGE VIEWS
hmm..
akhirnya,...sodara-sodara...
blog saya berhasil mencapai 1000 page views...Taraaaaaaammmmmmmmmmmmmmm.....(loncat-loncat happy smile and shout!)
Alhamdulillah...ini berarti sudah ada viewer yang setia nongkrongin postingan-postingan saya yang kadang rada gaje dan sok nyastra dan sok puitis...hihihi
makasih ya sodara sodari...
tetap rajin view and baca ya..
insyaALLAh banyak manfaatnya kok untuk anda-anda semua.
thank you
akhirnya,...sodara-sodara...
blog saya berhasil mencapai 1000 page views...Taraaaaaaammmmmmmmmmmmmmm.....(loncat-loncat happy smile and shout!)
Alhamdulillah...ini berarti sudah ada viewer yang setia nongkrongin postingan-postingan saya yang kadang rada gaje dan sok nyastra dan sok puitis...hihihi
makasih ya sodara sodari...
tetap rajin view and baca ya..
insyaALLAh banyak manfaatnya kok untuk anda-anda semua.
thank you
DIA . (MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2
DIA .
(MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2
Perempuan tua nan sederhana
itu...
Kini mulai merapuh daya
tubuhnya...
Telah Tuhan ambil setengah
nikmat berjalannya...
Sempat Tuhan ambil pula nikmat
bicaranya....
Sebelah kanan tubuhnya, kini
setengah tak berdaya...
Agak lunglai jemari kokohnya
kini...
Belum itu saja,..
Ketika ubannya makin menipis
dan berkurang helainya,
Tuhan beri pula ia kanker
payudara...
Yang ini Sebelah kiri...
Ibuku,
Wanita super perkasa ku
dulu...
Kini tak sekuat dulu lagi..
Fisiknya,..
Namun aku yakin tidak
hatinya...
Sering kulihat dia berusaha
Sembunyikan perih lewat
senyumnya...
Lewat kata pedas nan selalu
kurindu saah ku jauh...
Dia tetaplah wanita sederhana
nan perkasa
Jagoan kami...
Dia tetap tanamkan pada
kami,,..
Betapa pendidikan dan ilmu
yang baik adalah warisan yang paling berharga bagi kami..
Di sela perihnya yang ia
rintihkan secara perlahan di tengah malam sunyi..
Sambil harap kami tak
tahu,..agar senyum kami tak hilang di hadapannya....
Ibu, amak,..itu panggil sayangku
padamu.,
Aku tahu perihmu,..
Aku sadar rintihmu...dalam
sunyi usaha lirih sembunyi-sembunyi...
Aku tahu ibu,..
Dan tahukah engkau,...doaku..
Agar Tuhan tukar aku saja yang ada di posisimu...
Aku rela, dengan stroke,
dengan hipertensi, dan kanker itu...
Aku rela ibu..
Maafkan aku ibu, belum mampu
kuberi emas dan perhiasan padamu...
Belum mampu banggakanmu dengan
seragam biru
Dan jabatan tinggi yang kata
dunia begitu bermutu..
Maafkan anakmu ini ibu,.
Namun tuhan tahu, dan aku
yakin akan itu..
Di sela lirih tangis sepertiga
malam
dan lima kali salam wajibku pada tuhanku..
ku untai sejuta harap dan doa
untuk kebaikanmu...
Hanya do’a terbaik disetiap
helai nafasku
untukmu...
Begitu sayang tuhan padamu
ibu,..
Hingga Ia uji dengan sejuta
perih...
Dan aku tahu,, kau tak pernah
hujat tuhan atas deritamu...
Karena kau wanita perkasaku...
Jagoan terbaik diatas semua
superhero...
Ibuku,..
Siang ini aku akan temuimu..
Cium wajah dan punggung
tanganmu....
Segurat kecil tanda baktiku..
(11 September 2012, Untuk amak yang terbaring
menanti operasi di RSUD Argamakmur. Sungguh cinta kami pada amak jauh lebih
tinggi dan lebih dalam dari kalimat dan bakti kami, semoga ALLAH senantiasa
menjaga amak)
Subscribe to:
Posts (Atom)