Pages

Friday, September 28, 2012

MEMETIK HIKMAH



MEMETIK HIKMAH

Dear readers..
Hmm. Malam jum’at. 
21.45 WIB.
Siap-siap tidur.
Sambil mendengarkan mp3 yang randomly played di Laptop saya, tiba-tiba saja ingin mengutak-atik atau mengetuk-ngetuk barisan huruf  di bawah monitor laptop.
Hmm...beberapa hari belakangan ini ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya petik dari kehidupan saya pribadi.
Walau sekedar oret-oret, berikut ini beberapa pelajaran dan hikmah berharga yang bisa saya ambil dari seabrek peristiwa dwi minggu belakangan ini:
1.      Sabar.

Kenapa sabar? Karena memang beberapa hari ini kesabaran saya sepertinya sungguh sedang di uji oleh ALLAH SWT. Nyaris setiap hari ada saja ulah murid-murid yang memancing rasa kesal dan nyerempet nyerempet kearah kemarahan. Mulai dari ribut saat pembelajaran, berantem (berkelahi) dan lainnya. Tapi Alhamdulillah, meski kadang sempat gusar, saat semestinya (maksud saya “biasanyaJ ) saya marah, saya masih bisa menahan emosi agar tidak meledak..Alhamdulillah..

2.      Bersyukur..

Dengan begitu banyak problema yang saya hadapi (baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi), satu-satunya pilihan terbaik bagi saya hanyalah bersyukur. Bersyukur karena emang itu pilihan terbaik, dibanding menyesali diri dan menyalahkan tuhan. J

3.      Kuatkan diri..

Ohya, dalam jangka waktu dua pekan belakangan ini, keluarga saya sedang di uji oleh ALLAH SWT. Ibu saya pada akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan tumor payudara yang membengkakkan dada sebelah kirinya. Selama kurang lebih sekitar 9 hari (saya lupa jumlah harinya) ibu saya harus di inapkan di rumah sakit. Selama itu pula kami sekeluarga menjaganya di rumah sakit, mulai dari tahap observasi hingga masa operasi. Dan ada satu moment yang sungguh menuntut kekuatan hati, Yaitu ketika saya dan dua kakak perempuan saya harus memegang ibu yang meronta-ronta karena sakit setelah operasi. Ibu yang masih dalam kondisi belum sadar penuh akibat  pengaruh bius total saat operasi, berteriak-teriak kesakitan. Dan saya satu-satunya anak laki-laki yang mau tidak mau harus menguatkan hati saya menguatkan ibu. Sungguh sebenarnya saya jauh dari tega dan sangat tidak kuat melihat ibu menangis dan meronta sakit seperti itu, namun harus saya kuatkan. Dan Alhamdulillah saya tidak menangis di depan ibu. Meski akhirnya air mata saya tumpah juga di luar ruangan/bangsal rumah sakit ( Saya berlari keluar ruangan beberapa detik untuk membiarkan airmata saya tumpah dan menyekanya, kemudian berpura-pura kuat kembali didepan ibu). Sungguh dramatis saat itu. Saya sempat berpikir bahwa ini adalah akhir. Namun dokter dan para perawat menguatkan. Kata mereka itu pengaruh obat bius. Entah itu hanya di ucapkan untuk memberi kami semua kekuatan atau tidak, yang jelas saya dan kakak-kakak saya harus kuat dan siap dengan segala kemungkinan. Saya juga harus menguatkan diri melihat gumpalan daging yang diangkat dari tubuh ibu, saat berhadapan dengan dokter dan asistennya. Kata mereka kemungkinan tumornya ganas. Oleh karena itu semua daging yang diangkat akan dikirim ke Bandung untuk di uji laboratorium agar bisa di ketahui apakah ini memang tumor ganas atau jinak. Namun saya berprasangka positif saja, sekali lagi untuk menguatkan hati, dan sekaligus berharap hasil lab nantinya bahwa ini tumor jinak.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok  jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan dari semua itu, saya pun menyimpulkan bahwa seberat apapun ujian dari tuhan, kita mestilah kuat menghadapinya. Karena ALLAH SWT tidak membebani kita dengan apa yang tidak mampu kita hadapi, meski pada akhirnya keputusanNYA lah yang berlaku atas semua makhlukNya.

4.      Jangan menghilangkan senyum seharipun dari wajahmu.

Ini pelajaran atau hikmah terakhir yang saya share malam ini. Meski sekuat apapun ujian dan penderitaan, kita tetap mesti harus tersenyum.  Bukankah kebahagiaan kebahagiaan besar di mulai dari senyum kecil? Meski kadang senyum itu harus dipaksakan...
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan  canda tawa dari  murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.

Semoga kita semua bisa memetik hikmah dari hasil ketukan tuts saya kali ini.

Udem yoo... itu dulu malam ini,, kapan kapan kita lanjut lagi. J


Bed time is coming.
Selamat malam.
Waswb.

Friday, September 21, 2012

Empat tahun sudah (Sambut my 4th aniversary with my school, place i work for)

Empat tahun sudah
langkah kaki ini tertapak
di gedung tiga perempat kotak

empat tahun sudah
hati ini terpaut
pada kasih sahabat hijau

empat tahun sudah
meniti mimpi bersama jamaah
para pejuang ilmu nurjannah

empat tahun sudah
banyak kata dan laku terpurna
menjadi saksi juang tanpa kenal lelah
pagi siang malam bahkan dalam setiap nafas yang bersemayam


empat tahun sudah
di istana hijau aku berdiri berjalan berputar berlari
bersama ratusan senyum canda para musafir ilmu

hmm,..
empat tahun sudah,
terasa masih sedikit yang kulakukan untuk dakwah fardiyah ini

empat tahun sudah menjadi guru
empat tahun sudah menjadi guru swasta
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan
empat tahun sudah menjadi guru swasta yang penuh perjuangan nan menuntut gunungan keikhlasan
empat tahun sudah aku disini
di sekolah tercinta terpaut dihati...



Monday, September 17, 2012

SEPENGGAL KISAH SEDERHANA (sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

eheem...ini nih,,,setelah dua tahun mendekam dalam komputer saya,,,maka hari ini,,,izinkanlah saya untuk mem-publish kisah inspiratif berikut ini.
Ohya, ini bukan karya saya, tapi karya salah satu murid terbaik yang pernah saya kenal, ASYIFAUL FADIYAH, angkatan 4 SMPIT IQRA' kota bengkulu.
Awalnya ini note mau saya jadiin salah satu isi dalam KUNOPATH (KUMPULAN NOTE ANGKATAN EMPATH), tapi karena suatu dan lain hal, rencana cetak hard copynya d tunda hingga waktu yang tak di tentukan..:-)

untuk sebuah mini note bikinan anak SMP, menurut saya ini sudah bagus dan lumayan dahsyat. Dari setting cerita dan beberapa tokoh yang disamarkan namanya, sepertinya ini kisah nyata, kisah selama belajar di SMPIT IQRA' kota Bengkulu.
selama membaca.



SEPENGGAL KISAH SEDERHANA
(sebuah Catatan perjuangan mencari ilmu oleh Asyifaul Fadiyah, SMPIT IQRA’ Batch 4th)

Pukul 07.05, aku sudah selesai salat Dhuha. Aku segera bergegas mengambil topi dan memakai sepatu. Seperti hari Senin biasanya, aku mengikuti upacara bendera di sekolahku, SMP IT Al-Insan. Sepuluh menit lagi upacara dimulai. Tanpa banyak basa-basi aku langsung menuju ke lapangan dan berbaris. Aku tidak ingin Ustad Ilyas marah hanya karena murid-murid susah diatur.
            Upacara berjalan lancar. Ada yang berbeda di hari keempat bulan Oktober ini. Baru kali ini upacara bendera berakhir tepat waktu, pukul 07.45. Padahal biasanya sedikit terlambat, sehingga waktu untuk jam pelajaran pertama di kelasku, yaitu TIK terpotong. Untuk pelajaran TIK kali ini, Ustad Ridwan menjelaskan materi tentang ‘Sistem Jaringan Komputer’.
            Pelajaran TIK berakhir pada pukul 09.05. Selanjutnya English. Hari ini ada quiz untuk materi ‘Types of  Text in English’. Setelah waktu mengerjakan soal habis, aku mengumpulkan lembar ulangan itu.
            “Di kelas ini ada yang nge-fans sama Justin Bieber nggak?” Tanya Ustad Ilyas dengan basa-basi membicarakan gossip terheboh tentang JB yang katanya dia adalah seorang kakek berusia 51 tahun , memiliki suara mirip remaja dan memakai topeng.
            “Ada Tad,” jawab salah seorang temanku.
            “Kasiaaan deh, nge-fans sama datuk-datuk,” ejek Ustad Ilyas bercanda.
            Bagi para penggemar JB tentu tidak percaya akan hal itu dan mereka bilang itu hanya gossip. Bodo amat! Terserah. Entah dia kakek-kakek kek, om-om kek, balita kek, aku tak peduli. Siapa dia sih?! Soalnya aku bukan penggemar JB.
Selanjutnya pelajaran PAI. Kali ini jadwal presentasi artikel untuk kelompok satu: Zhie, Nira, Tika, dan Zia yang membahas masalah gerakan salat. Aku dan teman-teman berdiskusi dengan aktif bersama Ustazah Lutfi.
            Setelah pelajaran Pendidikan Agama Islam berakhir, aku segera mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, Bahasa Indonesia. Kami diberi tugas untuk mengerjakan latihan halaman 64. Dengan serius aku memahami isi bacaan cerpen berjudul ‘Kunang-Kunang’ karya Hanna Rambe, lalu menjawab pertanyaan sesuai teks.
            Saat aku membaca cerpen itu, mataku berkaca-kaca. Cerpen itu mengingatkan aku akan study tour bulan Juli lalu. Penuh kenangan manis akan keakraban aku, para guru dan teman-teman. Segera kuhapus air mataku, kukerjakan soal-soal itu sambil menyanyikan lagu ‘Waka-Waka’ dengan lirih dari awal sampai akhir lagu.
            Nira yang mendengar aku bernyanyi dan kebetulan ia menyukai lagu yang kunyanyikan, tiba-tiba mencolek lenganku. “Alya, aku jadi ingat waktu study tour…” katanya kemudian.
            “Sama,” jawabku singkat sambil tersenyum sok manis. (He he…)
            Usai makan siang, aku kembali menyelesaikan tugas BI dengan tuntas lalu mengumpulkannya. Kebetulan guru BI kami, Ustazah Sofi sedang pergi ke Palembang, sehingga masih ada waktu kosong yang tersisa dan sayang untuk disiakan. Daripada menganggur, aku lebih memilih mengerjakan tugas English untuk les besok, hari Selasa. Ada 50 soal pilihan ganda yang harus dikerjakan dan akan dibahas besok.
Aku mengerjakan paket soal itu di balik loker bersama Sita. Sambil mengerjakan, aku dan Sita juga mengobrol sampai teman-teman selesai salat Ashar. Kebetulan aku dan Sita tidak ikut salat. Maklum, cewek…
Kami membicarakan tentang cerita masa-masa saat kami masih duduk di kelas 7 dulu. Tentang kami dan teman-teman serta para guru saat kami masih ‘ingusan’. Akhirnya, sebagian besar soal-soal sudah aku kerjakan.
Waktu menunjukkan pukul 16.00. Seharusnya siswi kelas 9D les BI hari ini. Tapi berhubung Ustadzah Sofi belum pulang dari Palembang, aku dan teman-teman sekelas dipulangkan ke rumah masing-masing.
***
Keesokan harinya…
Mata pelajaran pertama untuk hari ini adalah Biologi. Tanggal 5 Oktober 2010 ini, di 9D ada ulangan untuk materi ‘Sistem Reproduksi pada Manusia’. Setelah mengumpulkan ulangan, aku dan teman-teman sekelas makan kue bolu dari Ara. Ara adalah seorang temanku di kelas 9C yang berulang tahun hari Minggu lalu.
Setelah menghabiskan kue itu, kami kembali ke PBM. Kali ini beralih ke materi baru, tentang ‘Sistem Saraf pada Manusia’. Dengan seksama murid-murid memperhatikan penjelasan Ustadzah Qonita dalam membahas soal. Tanpa terasa waktu habis, dan kami harus mempersiapkan diri untuk mata pelajaran berikutnya, yakni Qur’an.
            Pukul 10.25 bel sekolah berbunyi, menunjukkan waktu istirahat untuk para siswi. Sekarang hari Selasa. Aku, Zia, Chika, Nana dan Nia piket kelas. Air di dispenser kelas kami tinggal sedikit. Zia mengajakku membeli air gallon di kantin. Chika yang membayarkan uangnya kepada penjaga kantin, sementara aku dan Zia yang menggotongnya ke kelas.
Sesampainya di ruang kelas, aku mengambil cutter dan Zia membuka tutup gallon dengan cutter itu. Lalu Zia bersama Chika dan Nia menuangkan air gallon itu ke dispenser. Karena tidak ada yang memegangi dispensernya, sebagian isi gallon tumpah mengenai tembok. Akhirnya aku yang memegangi dispenser itu.
Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit lagi. Fathiya yang hari itu duduk sebangku denganku meminta bantuanku untuk mengerjakan PR les English. Aku dan Fathiya berdiskusi. Aku bantu Fathiya sebisaku, kuberitahu apa yang aku tahu.
            Sebenarnya aku bukanlah siswa yang berkompeten dalam English. Tapi English adalah mapel yang paling aku sukai sejak SD. Yang membuat aku bersemangat adalah ketika dulu aku suka menonton acara variety show  ‘super-superan’ di Indosiar. Ivan Gunawan sering bercakap-cakap dengan komentator lainnya dan juga para guest star ‘bule’ dengan bahasa Inggris. Lalu aku selalu membayangkan jika diriku ada di situ bersama mereka, namun aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Jadi kesannya aku seperti orang o’on.
Itulah yang  memacu semangatku untuk belajar English. Terlebih lagi di SMP IT Al-Insan ini, Allah mempertemukanku dengan Ustazah Dewi, Ustad Wawan, Ustad Anton, Ustad Ilyas, Ustazah Cahaya, dan Ustazah Rita. Mereka adalah para guru Bahasa Inggris yang inspiratif yang pernah aku jumpai di sekolah ini, yang selalu menyalakan semangatku.
            Bel masuk pun berbunyi pada pukul 10.40. Sesuai dengan amanat Ustad Feri, kami belajar di masjid. Beliau membagi kelompok belajar berdasarkan surat yang dihafal. Aku bergabung bersama Ranita, Saras, Suci, Safa, dan Ina. Dengan kompak kami menghafal surat Al-Qiyamah ayat demi ayat.
            Tanpa terasa waktu habis. Kami harus kembali ke kelas untuk belajar Matematika. Hari ini kami memasuki materi baru, ‘Statistic dan Peluang’. Ustad Idris menerangkan sampai kami benar-benar paham. Saat waktu salat Zuhur tiba, kami break sejenak untuk ‘ishoma’. Setelah pukul 14.10 kami kembali melanjutkan pelajaran.
            Beberapa menit sebelum bel masuk, para siswi 9D sudah berada di kelas. Kurasa Ustad Idris tahu benar betapa penatnya kami. Beliau menyuruh kami untuk berdiri, lalu mengajak berjoget diiringi lagu ‘Abang Gorengan’ sambil bernyanyi. Pokoknya seru deh! Meskipun kebanyakan dari kami rada jaim gitu...
            Abang gorengan
            Jual tahu tempe
            Bakwan, pisang ade…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Cireng, ubi, kue bola…
            Jam pelajaran berakhir pada pukul 15.30. Saat teman-temanku salat Ashar, aku menuju ke meja wali kelas untuk memastikan bahwa buku tugas Bahasa Indonesiaku yang kemarin sudah dikumpulkan, ada di meja itu. Tapi ternyata tidak! Aku heran, mengapa buku tugas BI selalu lenyap entah kemana setiap aku mengumpulkannya di meja itu. Padahal aku yakin buku itu sudah kuletakkan di meja itu. Aku kesal. Tapi… Ya sudahlah! Apa boleh buat, lagi-lagi aku harus dua kali kerja, mengerjakan tugas yang sudah kukerjakan.
           
Sore harinya…
            Hari ini jadwal kami untuk les English. Hujan turun dengan lebatnya. Diantara kami ada yang mengobrol di teras, ada yang duduk-duduk, ada juga yang sedang mengerjakan tugas yang Ustad Ilyas berikan berikan minggu lalu yang mestinya sudah dikerjakan. Karena suka iseng, aku pun iseng-iseng menulis kutipan lirik lagu Ipank, ‘Sahabat Kecil’. Berhubung sore itu hujan, aku tulis di whiteboard, “Belum jua berakhir… Hujan di sore ini… (Ipank).”
            Waktu hampir menunjukkan pukul 16.15, namun Ustad Ilyas belum datang juga sehingga aku dan Dillah terpanggil hatinya untuk memanggil beliau di ruang guru.
            Setelah itu aku mengajak teman-teman untuk masuk kelas dan menunggu Ustad Ilyas datang. Dan akhirnya beliau datang juga. Sebelum memulai pelajaran beliau mengajak kami bernyanyi setelah melihat tulisan yang aku tulis di papan tulis tadi. Kata Ustad Ilyas, itu adalah salah satu lagu favorit Ustad Ilyas. Beliau agak malu-malu saat murid-murid memaksanya untuk bernyanyi.
            “Tapi nyanyinya sama-sama ya. Yang tahu lagunya ikutan nyanyi,” ajak Ustad Ilyas.
            Meskipun awalnya menolak untuk bernyanyi bersama, akhirnya beberapa diantara kami, termasuk aku pun ikut bernyanyi.
 bersamamu kuhabiskan waktu
 senang bisa mengenal dirimu
rasanya semua begitu sempurna
sayang untuk mengakhirinya…
            Hujan belum juga berakhir, sesuai dengan lagu yang baru saja kami nyanyikan. Akhirnya kami kembali ke pembelajaran, membahas soal yang Ustad berikan sampai nomor 35 dari 50 soal. Setiap siswi diberi giliran untuk membacakan dan menjawab satu soal, tapi aku tidak.
            Hujan masih saja turun hingga aku dan teman-teman pulang ke rumah.       
                        Hari ini indah… J
***


Hari ke-18 di bulan Oktober…
            Usai salat Zuhur, aku kembali menyibukkan diri membuat kerangka karya tulis untuk dilombakan. Rayna, Airin, dan Zhie juga ikut serta dalam perlombaan ini.
            Zhie datang menghampiriku dengan wajah cemberut. “Lagi ngapain Al? Nyusun karya tulis ya? Berenti aja deh, ngurusin yang begituan! Kata Ustad Ilyas, lomba KTI-nya nggak jadi! Batal! Tau nggak sih? Aku lagi kesal sama Ustad Ilyas!” ucapnya yang membuatku bingung.
            “Kenapa Zhie? Ada masalah apa lagi? Kenapa Ustad Ilyas?” tanyaku heran.
“Zhie cuma negur dia untuk menghidupkan suasana. Zhie cuma bercanda, eee… dia malah marah-marah sama Zhie. Siapa yang nggak kesal sih, kalo digituin!” Zhie mengungkapkan kekesalannya terhadap Ustad Ilyas kepadaku. Dia memaki dan menyumpahi Ustad Ilyas dihadapanku.
Lalu ia mengajakku, “Al, kita ngadem yuk! Maksudnya bukan cari tempat yang adem, tapi cari minuman yang adem-adem. Beli Honestea yuk,” aku pun mengikuti maunya, menemaninya membeli minuman, meskipun aku sedang berpuasa. Kuharap dia bisa sedikit lebih tenang.  
Zhie masih tetap mangkel. Aku berusaha menenangkannya. “Sabar ya Zhie, maklumin aja. Beliau memang kaya gitu. Mungkin dia lagi ada masalah. Mestinya kita ngerti dong.”
“Masalah sih masalah. Tapi kan gak harus aku yang jadi sasarannya!” Rupanya Zhie benar-benar kesal.
“Tapi aku yakin, apa yang kamu ucapkan itu hanya luapan emosi kamu. Hanya emosi sesaat. Ustad Ilyas kan udah kaya ortu kita sendiri. Biasanya selama ini, semarah apa pun kamu sama beliau, ujung-ujungnya juga pasti baikan lagi kok. Aku rasa Ustad Ilyas juga nggak bermaksud bersikap kaya gitu sama kamu. Ustad tadi ngomongnya nggak dari hati nurani. Begitu juga dengan kekesalan kamu,” aku mencoba meyakinkan.
“Enggak, Alya…!” Zhie tetap bersikeras atas apa yang ia yakini. Aku tahu dia hanya sedang dikuasai emosi.
***

Esoknya lagi…
            Hari ini kudapati Zhie absen karena sakit. Kemarin dia mimisan setelah marah-marah. Mungkin dia demam karenanya. Padahal hari ini ada ulangan Biologi untuk bab ‘Sistem Saraf dan Indera pada Manusia’.
            Setelah belajar Biologi, kami belajar Qur’an bersama Ustad Feri di perpustakaan. Hati-hati ini terasa begitu damai saat mendengarkan lantunan murattal surat Al-Mursalat dan Al-Insan sambil ikut melantunkannya. Ina pun mengungkapkan hal yang sama padaku. Seakan angin ikut memuji keagungan-Nya.

Hari ini juga indah…

Tuesday, September 11, 2012

Perayaan 1000 TOTAL PAGE VIEWS

hmm..
akhirnya,...sodara-sodara...

blog saya berhasil mencapai 1000 page views...Taraaaaaaammmmmmmmmmmmmmm.....(loncat-loncat happy smile and shout!) 

Alhamdulillah...ini berarti sudah ada viewer yang setia nongkrongin postingan-postingan saya yang kadang rada gaje dan sok nyastra dan sok puitis...hihihi

makasih ya sodara sodari...
tetap rajin view and baca ya..
insyaALLAh banyak manfaatnya kok untuk anda-anda semua.

thank you

DIA . (MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2


DIA .
(MASIH) PUISI TENTANG IBU part 2

Perempuan tua nan sederhana itu...
Kini mulai merapuh daya tubuhnya...
Telah Tuhan ambil setengah nikmat berjalannya...
Sempat Tuhan ambil pula nikmat bicaranya....
Sebelah kanan tubuhnya, kini setengah tak berdaya...
Agak lunglai jemari kokohnya kini...

Belum itu saja,..
Ketika ubannya makin menipis dan berkurang helainya,
Tuhan beri pula ia kanker payudara...
Yang ini Sebelah kiri...

Ibuku,
Wanita super perkasa ku dulu...
Kini tak sekuat dulu lagi..
Fisiknya,..
Namun aku yakin tidak hatinya...
Sering kulihat dia berusaha
Sembunyikan perih lewat senyumnya...
Lewat kata pedas nan selalu kurindu saah ku jauh...

Dia tetaplah wanita sederhana nan perkasa
Jagoan kami...
Dia tetap tanamkan pada kami,,..
Betapa pendidikan dan ilmu yang baik adalah warisan yang paling berharga bagi kami..

Di sela perihnya yang ia rintihkan secara perlahan di tengah malam sunyi..
Sambil harap kami tak tahu,..agar senyum kami tak hilang di hadapannya....

Ibu, amak,..itu panggil sayangku padamu.,
Aku tahu perihmu,..
Aku sadar rintihmu...dalam sunyi usaha lirih sembunyi-sembunyi...
Aku tahu ibu,..
Dan tahukah engkau,...doaku..
Agar  Tuhan tukar aku saja yang ada di posisimu...
Aku rela, dengan stroke, dengan hipertensi, dan kanker itu...
Aku rela ibu..

Maafkan aku ibu, belum mampu kuberi emas dan perhiasan padamu...
Belum mampu banggakanmu dengan seragam biru
Dan jabatan tinggi yang kata dunia begitu bermutu..
Maafkan anakmu ini ibu,.
Namun tuhan tahu, dan aku yakin akan itu..
Di sela lirih tangis sepertiga malam
 dan lima kali salam wajibku pada tuhanku..
ku untai sejuta harap dan doa untuk kebaikanmu...
Hanya do’a terbaik disetiap helai nafasku
 untukmu...

Begitu sayang tuhan padamu ibu,..
Hingga Ia uji dengan sejuta perih...

Dan aku tahu,, kau tak pernah hujat tuhan atas deritamu...
Karena kau wanita perkasaku...
Jagoan terbaik diatas semua superhero...

Ibuku,..
Siang ini aku akan temuimu..
Cium wajah dan punggung tanganmu....
Segurat kecil tanda baktiku..



(11 September 2012, Untuk amak yang terbaring menanti operasi di RSUD Argamakmur. Sungguh cinta kami pada amak jauh lebih tinggi dan lebih dalam dari kalimat dan bakti kami, semoga ALLAH senantiasa menjaga amak)