Pages

Friday, September 28, 2012

MEMETIK HIKMAH



MEMETIK HIKMAH

Dear readers..
Hmm. Malam jum’at. 
21.45 WIB.
Siap-siap tidur.
Sambil mendengarkan mp3 yang randomly played di Laptop saya, tiba-tiba saja ingin mengutak-atik atau mengetuk-ngetuk barisan huruf  di bawah monitor laptop.
Hmm...beberapa hari belakangan ini ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya petik dari kehidupan saya pribadi.
Walau sekedar oret-oret, berikut ini beberapa pelajaran dan hikmah berharga yang bisa saya ambil dari seabrek peristiwa dwi minggu belakangan ini:
1.      Sabar.

Kenapa sabar? Karena memang beberapa hari ini kesabaran saya sepertinya sungguh sedang di uji oleh ALLAH SWT. Nyaris setiap hari ada saja ulah murid-murid yang memancing rasa kesal dan nyerempet nyerempet kearah kemarahan. Mulai dari ribut saat pembelajaran, berantem (berkelahi) dan lainnya. Tapi Alhamdulillah, meski kadang sempat gusar, saat semestinya (maksud saya “biasanyaJ ) saya marah, saya masih bisa menahan emosi agar tidak meledak..Alhamdulillah..

2.      Bersyukur..

Dengan begitu banyak problema yang saya hadapi (baik dalam dunia kerja maupun kehidupan pribadi), satu-satunya pilihan terbaik bagi saya hanyalah bersyukur. Bersyukur karena emang itu pilihan terbaik, dibanding menyesali diri dan menyalahkan tuhan. J

3.      Kuatkan diri..

Ohya, dalam jangka waktu dua pekan belakangan ini, keluarga saya sedang di uji oleh ALLAH SWT. Ibu saya pada akhirnya harus menjalani operasi pengangkatan tumor payudara yang membengkakkan dada sebelah kirinya. Selama kurang lebih sekitar 9 hari (saya lupa jumlah harinya) ibu saya harus di inapkan di rumah sakit. Selama itu pula kami sekeluarga menjaganya di rumah sakit, mulai dari tahap observasi hingga masa operasi. Dan ada satu moment yang sungguh menuntut kekuatan hati, Yaitu ketika saya dan dua kakak perempuan saya harus memegang ibu yang meronta-ronta karena sakit setelah operasi. Ibu yang masih dalam kondisi belum sadar penuh akibat  pengaruh bius total saat operasi, berteriak-teriak kesakitan. Dan saya satu-satunya anak laki-laki yang mau tidak mau harus menguatkan hati saya menguatkan ibu. Sungguh sebenarnya saya jauh dari tega dan sangat tidak kuat melihat ibu menangis dan meronta sakit seperti itu, namun harus saya kuatkan. Dan Alhamdulillah saya tidak menangis di depan ibu. Meski akhirnya air mata saya tumpah juga di luar ruangan/bangsal rumah sakit ( Saya berlari keluar ruangan beberapa detik untuk membiarkan airmata saya tumpah dan menyekanya, kemudian berpura-pura kuat kembali didepan ibu). Sungguh dramatis saat itu. Saya sempat berpikir bahwa ini adalah akhir. Namun dokter dan para perawat menguatkan. Kata mereka itu pengaruh obat bius. Entah itu hanya di ucapkan untuk memberi kami semua kekuatan atau tidak, yang jelas saya dan kakak-kakak saya harus kuat dan siap dengan segala kemungkinan. Saya juga harus menguatkan diri melihat gumpalan daging yang diangkat dari tubuh ibu, saat berhadapan dengan dokter dan asistennya. Kata mereka kemungkinan tumornya ganas. Oleh karena itu semua daging yang diangkat akan dikirim ke Bandung untuk di uji laboratorium agar bisa di ketahui apakah ini memang tumor ganas atau jinak. Namun saya berprasangka positif saja, sekali lagi untuk menguatkan hati, dan sekaligus berharap hasil lab nantinya bahwa ini tumor jinak.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok  jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan dari semua itu, saya pun menyimpulkan bahwa seberat apapun ujian dari tuhan, kita mestilah kuat menghadapinya. Karena ALLAH SWT tidak membebani kita dengan apa yang tidak mampu kita hadapi, meski pada akhirnya keputusanNYA lah yang berlaku atas semua makhlukNya.

4.      Jangan menghilangkan senyum seharipun dari wajahmu.

Ini pelajaran atau hikmah terakhir yang saya share malam ini. Meski sekuat apapun ujian dan penderitaan, kita tetap mesti harus tersenyum.  Bukankah kebahagiaan kebahagiaan besar di mulai dari senyum kecil? Meski kadang senyum itu harus dipaksakan...
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan  canda tawa dari  murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.

Semoga kita semua bisa memetik hikmah dari hasil ketukan tuts saya kali ini.

Udem yoo... itu dulu malam ini,, kapan kapan kita lanjut lagi. J


Bed time is coming.
Selamat malam.
Waswb.

No comments:

Post a Comment