MEMETIK HIKMAH
Dear
readers..
Hmm.
Malam jum’at.
21.45
WIB.
Siap-siap
tidur.
Sambil
mendengarkan mp3 yang randomly played di Laptop saya, tiba-tiba saja ingin
mengutak-atik atau mengetuk-ngetuk barisan huruf di bawah monitor laptop.
Hmm...beberapa
hari belakangan ini ada beberapa pelajaran penting yang bisa saya petik dari
kehidupan saya pribadi.
Walau
sekedar oret-oret, berikut ini beberapa pelajaran dan hikmah berharga yang bisa
saya ambil dari seabrek peristiwa dwi minggu belakangan ini:
1.
Sabar.
Kenapa sabar? Karena memang beberapa hari ini kesabaran
saya sepertinya sungguh sedang di uji oleh ALLAH SWT. Nyaris setiap hari ada
saja ulah murid-murid yang memancing rasa kesal dan nyerempet nyerempet kearah
kemarahan. Mulai dari ribut saat pembelajaran, berantem (berkelahi) dan
lainnya. Tapi Alhamdulillah, meski kadang sempat gusar, saat semestinya (maksud
saya “biasanyaJ ) saya marah, saya masih bisa menahan emosi agar tidak
meledak..Alhamdulillah..
2.
Bersyukur..
Dengan begitu banyak problema yang saya hadapi (baik dalam
dunia kerja maupun kehidupan pribadi), satu-satunya pilihan terbaik bagi saya
hanyalah bersyukur. Bersyukur karena emang itu pilihan terbaik, dibanding
menyesali diri dan menyalahkan tuhan. J
3.
Kuatkan diri..
Ohya, dalam jangka waktu dua pekan belakangan ini, keluarga
saya sedang di uji oleh ALLAH SWT. Ibu saya pada akhirnya harus menjalani
operasi pengangkatan tumor payudara yang membengkakkan dada sebelah kirinya.
Selama kurang lebih sekitar 9 hari (saya lupa jumlah harinya) ibu saya harus di
inapkan di rumah sakit. Selama itu pula kami sekeluarga menjaganya di rumah
sakit, mulai dari tahap observasi hingga masa operasi. Dan ada satu moment yang
sungguh menuntut kekuatan hati, Yaitu ketika saya dan dua kakak perempuan saya
harus memegang ibu yang meronta-ronta karena sakit setelah operasi. Ibu yang
masih dalam kondisi belum sadar penuh akibat
pengaruh bius total saat operasi, berteriak-teriak kesakitan. Dan saya
satu-satunya anak laki-laki yang mau tidak mau harus menguatkan hati saya menguatkan
ibu. Sungguh sebenarnya saya jauh dari tega dan sangat tidak kuat melihat ibu
menangis dan meronta sakit seperti itu, namun harus saya kuatkan. Dan
Alhamdulillah saya tidak menangis di depan ibu. Meski akhirnya air mata saya
tumpah juga di luar ruangan/bangsal rumah sakit ( Saya berlari keluar ruangan
beberapa detik untuk membiarkan airmata saya tumpah dan menyekanya, kemudian
berpura-pura kuat kembali didepan ibu). Sungguh dramatis saat itu. Saya sempat
berpikir bahwa ini adalah akhir. Namun dokter dan para perawat menguatkan. Kata
mereka itu pengaruh obat bius. Entah itu hanya di ucapkan untuk memberi kami
semua kekuatan atau tidak, yang jelas saya dan kakak-kakak saya harus kuat dan
siap dengan segala kemungkinan. Saya juga harus menguatkan diri melihat
gumpalan daging yang diangkat dari tubuh ibu, saat berhadapan dengan dokter dan
asistennya. Kata mereka kemungkinan tumornya ganas. Oleh karena itu semua
daging yang diangkat akan dikirim ke Bandung untuk di uji laboratorium agar
bisa di ketahui apakah ini memang tumor ganas atau jinak. Namun saya
berprasangka positif saja, sekali lagi untuk menguatkan hati, dan sekaligus
berharap hasil lab nantinya bahwa ini tumor jinak.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan sekali lagi, saya membuktikan bahwa Ayah saya adalah sosok jagoan yang saat kuat. Tidak sedikitpun beliau memperlihatkan airmatanya didepan kami, walau saya tahu, beliau terisak saat sholat di mushollah rumah sakit. Dan kakak saya yang paling tua, sekali lagi membuktikan betapa tegar dan kuatnya dia menghadapi semua ujian ini, meski dia adalah seorang perempuan beranak kecil yang masih balita. Kesetiaanya menemani ibu setiap hari di rumah sakit bahkan membuatnya rela meninggalkan pekerjaannya sebagai guru PAUD selama beberapa hari.
Dan dari semua itu, saya pun menyimpulkan bahwa seberat
apapun ujian dari tuhan, kita mestilah kuat menghadapinya. Karena ALLAH SWT
tidak membebani kita dengan apa yang tidak mampu kita hadapi, meski pada
akhirnya keputusanNYA lah yang berlaku atas semua makhlukNya.
4.
Jangan menghilangkan
senyum seharipun dari wajahmu.
Ini pelajaran atau hikmah terakhir yang saya share malam
ini. Meski sekuat apapun ujian dan penderitaan, kita tetap mesti harus
tersenyum. Bukankah kebahagiaan
kebahagiaan besar di mulai dari senyum kecil? Meski kadang senyum itu harus dipaksakan...
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan canda tawa dari murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.
Keberadaan, Celetukan, surhatan dan bakhan canda tawa dari murid-muridpun ternyata mampu mengalihkan perhatian dan pikiran saya dari rasa takut kehilangan dan kecemasan serta kegelisahan dalam kesedihan. Meski hanya beberapa saat saja. Terimakasih untuk murid-murid yang sangat pandai membaca perubahan raut wajah saya. Dan jujur, semua celotehan dan keisengan kalian itu seringkali membuat saya tersenyum dan lupa akan beratnya beban hidup yang tuhan titipan pada perasaan saya.
Semoga kita semua bisa memetik hikmah dari hasil ketukan
tuts saya kali ini.
Udem yoo... itu dulu malam ini,, kapan kapan kita lanjut
lagi. J
Bed time is coming.
Selamat malam.
Waswb.
No comments:
Post a Comment